Compost Bag – Minggu yang lalu, sampah di kompleks rumah kami tidak diangkut selama beberapa hari. Padahal biasanya pak Budi, petugas sampah di RW04 Kelurahan Turangga, Kecamatan Lengkong, Kota Bandung, tempat saya tinggal, selalu mengambil sampah tiap pagi.
“Pah…sampah…,” begitu serunya kira-kira pukul 8 atau 9 pagi.
Sampah-sampah tersebut digantung oleh warga di pagar masing-masing, nanti dikumpulkan di gerobak yang ditarik berdua. Sampah-sampah tersebut campuran antara organik dan non organik.
Sejak awal tahun ini, saya memutuskan memilah sampah sendiri, dan mengumpulkan sampah organik di ember komposter. Ember ini ukuran kecil, karena saya baru uji coba memilah sampah dari rumah, dalam rangka peduli terhadap lingkungan.
Perlu teman-teman ketahui, sampah di kota Bandung dan Kabupaten Bandung dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir di Sarimukti. Nah, beberapa bulan yang lalu akibat kemarau panjang dan sangat kering, maka terjadi kebakaran di TPA yang berlangsung berhari-hari.
Akibatnya pemerintah kota Bandung menutup sementara TPA sampai kebakaran berhasil dipadamkan. Ternyata penutupan tersebut tetap berlangsung sampai sekarang, karena memang sudah overload.
Nah, bagaimana nih? Lalu mosok sampah tetap teronggok bergitu saja?
Kabar terakhir malah, tempat pembuangan sampah sementara di dekat kompleks diberi garis polisi (police line). Dilarang membuang sampah di sana. Kalau dilanggar malah kena denda.
Lah, membuang sampah malah dianggap perbuatan kriminal nih…
TPS ditutup, sumber: hani
Mencoba Compost Bag Sebagai Pembuangan Sampah Organik
Bahan Kompos, sumber: waste4change
Setelah menerapkan mengolah sampah di ember komposter, ternyata prosesnya cukup lama, dan hasil akhirnya berupa kompos basah. Awalnya olahan kompos basah dari ember komposter ini tidak berbau. Akhir-akhir ini kok berbau. Mungkin saya kurang benar langkah-langkahnya atau sampah organik ini kecampuran plastik.
Kali ini kami ingin mencoba menggunakan compost bag, yaitu berupa karung terbuat dari sintetis cukup kuat. Di marketplace terdapat kapasitas volume 50 l, 80 l, dan 200 l. Untuk uji coba, kami membeli yang kapasitas 80 liter, berbentuk silinder, diameter 35 cm, tinggi 80 cm.
Compost bag ini nanti berfungsi sebagai wadah untuk mendaur ulang bahan organik, seperti daun dan sisa makanan menjadi pupuk yang dapat menyuburkan tanah dalam volume banyak.
Hal yang paling penting dan utama, pastikan kalian memiliki semua alat dan bahan yang diperlurkan untuk membuat kompos, di antaranya yaitu compost bag, alat pengaduk berupa sekop kecil atau sendok semen, serta sarung tangan dan masker untuk perlindungan diri.
Selain itu, jangan lupa juga untuk menyiapkan sampah hijau dan sampah cokelat.
Untuk sampah cokelat, bisa menggunakan cacahan kayu, dedaunan kering, serta tanah. Sedangkan untuk sampah hijaunya, bisa menggunakan sampah dapur seperti sisa sayuran dan buah.
Langkah Melakukan Proses Kompos
Ada beberapa langkah yang harus rutin kalian lakukan agar proses kompos dari sampah organik berlangsung dengan baik. Proses pengomposan biasany antara 1-2 bulan hingga kompos siap panen.
Proses yang baik akan menghasilkan kompos yang tidak berbau dan bisa langsung digunakan.
Berikut adalah langkah-langkahnya:
Lapisan Kompos Pertama
Setelah semua alat dan bahan siap, mulailah membuat kompos dengan meletakkan sampah cokelat sebagai lapisan pertama kompos. Idealnya, sampah cokelat yang digunakan ada tiga jenis, namun apabila hanya menggunakan dua jenis sampah cokelat juga tidak masalah.
Lapisan Kompos Kedua
Lapisan berikutnya adalah sampah hijau seperti daun segar, serta sisa buah dan sayur serta ampas kopi dan teh. Sangat disarankan untuk memotong atau mencacah sampah sayur dan buah terlebih dahulu untuk memudahkan proses pengomposan.
Sebaiknya hindari memasukkan sisa makanan matang dan berlemak, sisa nasi, tulang, maupun organik keras. Misalnya biji buah atau bonggol jagung.
Ulangi Pelapisan Sampah Cokelat dan Hijau Hingga Penuh
Lapisan Compost Bag, sumber: waste4change
Ulangi proses mengisi compost bag ini secara bergantian hingga karung kompost penuh.
Setiap menambahkan sampah dapur, lapisi dengan sampah cokelat, begitu terus berganti-ganti. Pastikan sampah cokelatnya menutupi sampah hijau di bawahnya. Ulangi langkah ini hingga composting bagnya penuh.
Penutup
Manfaat Pengomposan, sumber: kebunplanter
Keputusan menggunakan compost bag, kami sampaikan juga ke tetangga-tetangga di kompleks. Rupanya kesadaran mengolah sampah organik ini harus dipaksakan ke para warga.
Akibat TPA Sarimukti yang overload, berujung penutupan secara permanen, membuat warga Bandung kebingungan. Akhirnya mulai deh memilah dan mengolah sampah organik di rumah masing-masing.
Ada banyak cara untuk mengolah sampah organik ini, selain ember komposter dan compost bag, bisa juga mencoba dengan Metode Takakura. Intinya, memang sampah organik tidak boleh bercampur dengan sampah anorganik, karena akan menghambat proses pembusukan, yang menyebabkan sampah menumpuk, berbau, dan menimbulkan penyakit.
Lalu, sampah anorganiknya dikemanakan? Ketua Rw memutuskan, sampah anorganik akan dikumpulkan 3x seminggu kemudian diangkut oleh mobil bak sampah.
Sampah anorganik memang perlu penanganan khusus, antara lain didaur ulang atau dicacah agar volumenya berkurang.
Nah, teman-teman kalau di kota kalian, bagaimana kebijakan pemerintah daerah setempat tentang penanganan sampah warga?
Semoga bermanfaat.
Sumber:
https://waste4change.com/
Ide bagus juga ya mbak, jadi seluruh warga di perumahan digerakkan untuk lebih peduli pada lingkungan. Sampah organik juga pasti banyak manfaatnya apabila diolah dengan benar.
Idenya keren banget mba. Btw, apakah ada solusi untuk sampah tukang daging, ikan, ayam dan kulit udang ?
Di Surabaya daun kering rontokan pohon dipilah dan dicacah untuk dijadikan bahan kompos, Mb Hani. Banyak rumah-rumah kompos yang tersebar di 23 titik kalo nggak salah di Surabaya.
Btw saya juga pingin nyoba ngompos sendiri dari rumah, nih mbak.
Dengan compost bag, jadi memudahkan ya mbak kalau ingin melakukan pengelolaan sampah organik rumah tangga, apalagi juga ada pilihan berbagai ukuran.
Kalau ditempat saya, sampah diambil seminggu dua kali mbak, dibawa ketempat pembuangan sampah sementara yang ada di ujung desa. Terus entah seminggu berapa kali diambil oleh petugas dari dinas kebersihan menggunakan truk sampah
Bener banget nih kak, aku sampai punya compost berbagai ukuran untuk memilah sampainya biar mudah