Bedah buku “Jonathan Rigg” di Imah Janela, Cicalengka? Siapa itu Jonathan Rigg dan kenapa diadakan di Cicalengka, padahal saya tinggal di Bandung? Siapa pula penulis buku Jonathan Rigg?
Penasaran dengan apa siapa Jonathan Rigg dan penulisnya?
Yuk ikuti saya bersama teman jalan bareng yang baru banget bergabung, namanya KAMS (Kebaya Anti Main Stream). Nah, apalagi nih KAMS?
Di mana itu Cicalengka?

cicalengka di timur kota bandung
Nama Cicalengka, bikin penasaran karena cerita teman dan dari berbagai status di media sosial, konon ada tempat kuliner di sekitar Stasiun Cicalengka. Sedangkan menuju Cicalengka ini kita bisa naik kereta KRD atau Commuter Line Bandung Raya, yaitu layanan kereta lokal di Bandung yang menghubungkan wilayah Padalarang-Bandung-Cicalengka. Dari Bandung, ke Cicalengka, kulineran sebentar, lalu balik lagi ke Bandung. Saya tambah penasaran kan, naik kereta api dengan tarif Rp5.000,- saja, tanpa harus bersusah-payah bermacet ria di perjalanan selama 30 km.
Cicalengka adalah sebuah kecamatan di timur Kabupaten Bandung yang kini menjadi salah satu destinasi favorit bagi pecinta alam, sejarah, dan kuliner tradisional.
Berbagai informasi menuliskan bahwa, di zaman pemerintahan Hindia Belanda, Cicalengka memegang peran penting sebagai ibu kota Afdeling Bandung Selatan yang berdiri sejak tahun 1862.
Afdeling (dari bahasa Belanda afdeeling) artinya pembagian administratif di masa kolonial Belanda (setingkat kawedanan) dan unit wilayah kerja dalam perusahaan perkebunan, yang mencakup area ribuan hektar untuk pengelolaan produksi sehari-hari.
Mengenal Tjitjalengka Historical Trip

akun ig @tjitjalengka.historical
Fakta sejarah menuliskan Hindia Belanda sempat terlibat dalam sistem pemerintahan di Indonesia, mulai dari hulu ke hilir. Hasil bumi perkebunan dan berbagai rempah menjadi komoditi utama yang dibawa Belanda ke Eropa. Sedangkan di perkotaan dan afdeling membangun berbagai objek bangunan dan karya arsitektur. Apalagi pernah ada rencana memindahkan pemerintahan Hindia Belanda ke Bandung, sedangkan bagian hilir, di Batavia menjadi pusat perdagangan dengan Sunda Kelapa sebagai pelabuhan.
Banyak kota-kota di Indonesia yang ada jejak sejarah dan artefak arsitektur menjadi laboratorium untuk belajar sejarah. Maraknya peminatan terhadap kisah-kisah sejarah seperti ini maka bermunculan komunitas walking tour di berbagai kota, termasuk Cicalengka, yang bernama Tjitjalengka Historical Trip (THT). Bersama tim, mereka ini mendampingi para peminat sejarah untuk jelajah ke objek-objek peninggalan Hindia Belanda yang masih tersisa di Cicalengka dan sekitarnya.
Tentang Atep Kurnia
Kehadiran saya dalam suatu acara bedah buku yang diselenggarakan di Imah Janela, Cicalengka, merupakan prakarsa dari komunitas Tjitjalengka Historical Trip. Acara yang diselenggarakan Sabtu, 4 Desember 2025, pukul 10:00 merupakan kehadiran kedua saya di kota kecil ini.
Sebulan sebelumnya saya jelajah kota sambil jalan kaki (walking tour) bersama komunitas KAMS (Kebaya Anti Main Stream), sebuah komunitas yang jalan-jalan kemana saja, peserta perempuannya berkebaya. Waktu itu pun didampingi oleh tim dari THT menyambangi beberapa bangunan peninggalan pemerintahan Hindia Belanda.
Penulis buku “Jonathan Rigg – Tuan Tanah Penyusun Kamus Sunda”, bapak Atep Kurnia, adalah seorang peminat literasi dan budaya Sunda, yang telah menuliskan buku-buku sejarah dan esai berbahasa Indonesia maupun Sunda. Lebih akrab dijuluki Kang Atep, melalui tulisannya merupakan periset, penerjemah, dan editor yang tekun menelusuri jejak budaya, sejarah, dan literasi Sunda.
Tulisan-tulisan Kang Atep dalam bahasa Indonesia telah dimuat di berbagai media nasional dan daerah, seperti Pikiran Rakyat, Kompas, Koran Tempi, Tribun Jabar, Galamedia, Karsa, Geomagz, Berita Geologi, dan lain-lain.
Sedangkan karya berbahasa Sundanya dapat ditemukan di Cupumanik, Mangle, Galura, Seni Budaya, Bina Da’wag, Ujung Galuh, Iber, dan Cacandran.com.
Beberapa karya buku tulisan dan hasil menyunting sejumlah buku penting, di antaranya:
- “Jaman Maung: Sejarah Harimau di Jawa Barat”: Sebuah buku unik yang menelusuri hubungan antara manusia, sejarah, dan keberadaan harimau di tanah Sunda dari perspektif sejarah dan budaya.
- “Zaman Bergerak di Bandung”: Menelusuri sejarah pergerakan politik dan pers di Kota Bandung.
- Berbagai kontribusi dalam penulisan biografi tokoh sejarah Jawa Barat, termasuk buku “Jonathan Rigg – Tuan Tanah Penyusun Kamus Sunda”
Siapa Itu Jonathan Rigg
Jonathan Rigg adalah seorang penulis dan pengusaha berkebangsaan Inggris yang hidup pada abad ke-19. Ia paling dikenal di Indonesia, khususnya di Jawa, karena kontribusinya dalam mendokumentasikan bahasa dan budaya lokal.
Berikut adalah poin-poin utama mengenai siapa Jonathan Rigg:

cover “A Dictionary of the Sunda Language of Java”
Penulis Kamus Bahasa Sunda Pertama
Pencapaian terbesarnya adalah menyusun “A Dictionary of the Sunda Language of Java” yang diterbitkan pada tahun 1862 di Batavia (sekarang Jakarta).
Kamus ini merupakan kamus bahasa Sunda-Inggris pertama yang komprehensif.
Karya ini sangat berharga karena mendokumentasikan kosakata bahasa Sunda kuno dan dialek yang digunakan pada masa itu.
Pengusaha Perkebunan
Rigg bukanlah seorang ahli bahasa (linguistik) profesional secara akademis. Ia sebenarnya adalah seorang pengusaha perkebunan (planter). Ia memiliki atau mengelola perkebunan di daerah Jasinga, Bogor, Jawa Barat.
Karena tinggal dan bekerja langsung di wilayah pedesaan Jawa Barat, ia memiliki kesempatan besar untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal, yang kemudian memungkinkannya mempelajari bahasa Sunda secara mendalam.
Anggota Organisasi Keilmuan
Ia aktif dalam komunitas intelektual pada masanya dan merupakan anggota dari Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Ikatan Kesenian dan Ilmu Pengetahuan Batavia), sebuah lembaga kebudayaan dan sains tertua di Asia pada masa kolonial.
Kontribusi Ilmiah Lainnya
Selain kamus, Jonathan Rigg juga menulis beberapa artikel mengenai geologi dan pengamatan alam di Jawa. Salah satu tulisannya yang terkenal adalah pengamatan mengenai letusan Gunung Gede pada tahun 1840-an.
Hingga saat ini, nama Jonathan Rigg tetap dihormati oleh para peneliti budaya dan bahasa Sunda. Kamusnya sering menjadi rujukan bagi para ahli filologi untuk melacak asal-usul kata atau memahami perubahan penggunaan bahasa Sunda dari abad ke-19 hingga sekarang.
Review Buku “Jonathan Rigg-Tuan Tanah Penyusun Kamus Sunda”
Waktu itu saya bersama teman-teman berangkat dari Bandung naik Commuter Line Bandung Raya, rute Padalarang-Bandung-Cicalengka. Saya berangkat dari Stasiun Kiaracondong, pukul 08 pagi, dan menempuh perjalanan tak sampai satu jam. Setibanya di Stasiun Cicalengka, kamipun menyambung perjalanan menuju lokasi bedah buku mencarter angkot.
Di “Imah Janela” sebuah Home Garden Cafe, cafe unik dengan tata ruang ala hunian pedesaan dengan konstruksi kayu yang cukup apik. Meja dan kursi di sana rata-rata furnitur jadul yang terkesan kita sedang berada di rumah Nenek.
Di ujung halaman tampak sebuah rumah panggung kecil yang telah disiapkan untuk Kang Atep nanti bedah buku tulisannya. Di depannya disiapkan kursi-kursi untuk audience.

Imah Janela-Home Garden Cafe

sejenak berfoto di panggung
Imah Janela dan suasana bedah buku
Sekira pukul 10, acara bedah buku “Jonathan Rigg” dimulai, Kang Atep pun memaparkan proses penulisannya dengan moderator Kang Teddy, founder/pemandu Tjitjalengka Historical Trip.
Saya tertarik dengan proses penulisan beliau, yang dari kacamata saya yang juga menulis buku, menuliskan biografi dari seseorang yang sudah lama wafat apalagi di zaman Hindia Belanda, perlu riset mendalam. Belum lagi zaman dulu, selain informasi belum selengkap sekarang, ada kendala bahasa yang tidak bisa dianggap sepele.
Ternyata Kang Atep sudah mulai melakukan penelusuran pustaka sejak 2007 dan menuliskan tentang Jonathan Rigg, di website bandungbergerak.id sejak tahun 2023, dalam beberapa seri tulisan.
Akhirnya dibukukan di tahun 2025 ini dengan ciri-ciri buku sebagai berikut:
Nama buku: Jonathan Rigg-Tuan Tanah Penyusun Kamus Sunda
Penulis: Atep Kurnia
Penerbit: Pustaka Jaya
Tahun terbit: 2025
Ukuran buku: 14X21 cm
Jumlah halaman: 88 halaman
ISBN: 978-623-221-985-4
Harga: Rp47.000,-
Daftar Isi Buku “Jonathan Rigg”
- Pendahuluan
- Kelahiran County North Yorkshire
- Mengembara ke Pulau Jawa
- Tuan Tanah dan Pengusaha Surabaya
- Pemilik Kapal Laut Jane Serena
- Sejumlah Tulisan di Jurnal Ilmiah
- Anggota Perhimpunan Ilmiah
- Menyusun Kamus Sunda-Inggris
- Polemik Setelah Terbit
- Mudik ke Inggris
- Meninggal Dunia di Jasinga
- Penutup
buku-buku karya Atep Kurnia dan saat bedah buku di Imah Janela
Menurut pemaparan Kang Atep saat bedah buku “Jonathan Rigg”, kamus ini cukup lengkap karena tidak seperti kamus pada umumnya yang hanya alih kata dari satu bahasa ke bahasa lain, tetapi juga mendefinisikan kata dengan jelas. Mungkin semacam ensiklopedia pendek.
Beberapa hari setelah bedah buku, saya penasaran, ternyata kamus Sunda-Inggris tersebut bisa saya dapatkan secara online di Googlebook.
Walaupun cetakannya tidak tajam, maklum hasil scan dari buku jadul, tetapi cukup terbaca.
Bab Pendahuluan secara ringkas menjelaskan Rigg menyusun kamusnya pada 1854, yang justru tamparan bagi orang Belanda, karena sejatinya Rigg adalah orang Inggris.
Seolah melanjutkan Thomas Stamford Raffles, penyusun buku fenomenal pada zamannya “The History of Java” yang diterbitkan tahun 1817.
Bab-bab berikutnya disusun oleh Atep Kurnia, berdasarkan kronologi temuan data-data terdahulu hingga terkini.
Bab yang cukup menarik adalah pada Bab Menyusun Kamus Sunda-Inggris dan Bab Polemik Setelah Terbit. Kamus ini judul lengkapnya adalah “A Dictionary of the Sunda Language of Java (VBG vol XXIX, 1862), dan diterbitkhan Lange & Co, Batavia.
Menarik dari pemaparan Kang Atep, kenapa ada diksi “…the Sunda Language of Java“, karena pada waktu itu bahasa Sunda dianggap bagian dari bahasa Jawa.
Fun fact lainnya, diterangkan oleh Rigg, masyarakat Sunda tidak memiliki aksara tulis sendiri. Kalaupun ada temuan prasasti, ada dugaan mencampuradukkan banyak kosa kata Sansakerta.
Pada bab berikutnya, yaitu Polemik Setelah Terbit, ditulis oleh seorang pembaca yang merasa heran, mengapa kamus Sunda terbit dalam bahasa dan ejaan Inggris, sementara tempat dan orang Sunda termasuk jajahan Belanda.
buku Jonathan Rigg-Tuan Tanah Penyusun Kamus Sunda
Walaupun muncul polemik, karyanya memicu lahirnya tata bahasa, buku ajar, dan kamus-kamus Sunda berikutnya serta menjadi rujukan internasional. Warisannya menegaskan bahwa verba volant, scripta manent (Yang terucapkan akan lenyap, yang tertulis akan abadi).
Penutup

bersama Atep Kurnia, komunitas THT, KAMS, dan pegiat literasi
Setelah bedah buku “Jonathan Rigg-Tuan Tanah Penyusun Kamus Sunda”, Kang Teddy menawarkan sesi tanya-jawab ke audiens. Setelahnya kami pun berfoto bersama dan menikmati hidangan di “Imah Janela” yang sudah kami pesan sebelumnya.
Diskusi masih berlanjut, terutama dari saya dan suami yang juga penulis buku. Kami pun saling bertukar membeli buku tulisan masing-masing.
Next, hadir ke bedah buku siapa lagi ya? Boleh juga nih, sambil wisata juga menambah wawasan literasi.
Sumber:
https://bandungbergerak.id/article/detail/14994/biografi-jonathan-rigg-1809-1871-1-kelahiran-county-north-yorkshire
https://bandungbergerak.id/article/detail/15561/catatan-dari-bandung-timur-32-tjitjalengka-historical-trip-dan-upaya-untuk-memperkenalkan-literasi-sejarah
https://www.instagram.com/p/DR42jOdkxl3/?img_index=1
Atep Kurnia, Presentasi Jonathan Rigg






