Bajrakli Dzamija, adalah sebuah masjid tua di daerah kota lama di Beograd (Belgrade)-Serbia, yang dulunya merupakan ibukota Yugoslavia. Masjid unik, satu-satunya yang tersisa dari kesultanan Ottoman di sebuah negara di wilayah Balkan-Eropa Timur. Desain arsitektur gaya Byzantium pada bangunan umum dengan kubah dan minaret, melengkapi bukti bahwa artefak ini berasal dari abad ke-16.
Masjid ini tetap kokoh berdiri walaupun perang berkecamuk disekelilingnya, pergantian pemerintahan dari waktu ke waktu dan pecahnya sebuah negara menjadi beberapa negara kecil berdasarkan etnis. Pernah beralih fungsi menjadi gereja, dibakar oleh demonstran dan berulangkali direnovasi ulang. Walaupun perang telah usai, sepertinya perlu waktu untuk mengembalikan kehangatan Islam di tengah negara yang pernah berada dalam sistem pemerintahan komunis.
Sejarah Yugoslavia
peta Yugoslavia, sebelum terpecah menjadi 7 negara
Yugoslavia, yang berarti Slavia Selatan, negara di semenanjung Balkan sebuah wilayah di Eropa Timur menyimpan banyak peristiwa sejarah. Negara ini hanya mampu bertahan hingga akhir tahun 1990-an, dan pecah menjadi tujuh negara akibat perang saudara, Slovenia, Serbia, Bosnia-Herzegovina, Kroasia, Montenegro, Makedonia, menyusul kemudian Kosovo.
Negara multietnis dengan berbagai budaya dan agama, Katolik Roma, Katolik Ortodoks dan Islam ini sebelumnya hidup berdampingan dibawah kepemimpinan Joseph Bros Tito. Berbagai gejolak karena krisis ekonomi dan dendam antar etnis pecah setelah Tito wafat.
Awalnya adalah Balkan, wilayah yang dibatasi oleh laut Adriatik dan pegunungan yang sering disebut pegunungan kayu (balkan dalam bahasa Turki). Area Balkan sejak lama menjadi pertemuan berbagai ras, budaya dan agama, Katolik Roma berasal dari wilayah Utara. Katolik Ortodoks dari arah Selatan, tepatnya wilayah Byzantium yang merupakan pecahan dari Kekaisaran Romawi. Kemudian sejarah mencatat bahwa di era kesultanan Ottoman, Islam pernah meluaskan syiarnya sampai ke tanah Eropa termasuk semenanjung Balkan.
Sejarah Masjid Bajrakli Dzamija
salah satu sudut Bajrakli Dzamija
Masjid Bajrakli Dzamija, adalah sebuah masjid tua di daerah kota lama di Beograd (Belgrade) – Serbia, yang dulunya merupakan ibukota Yugoslavia, sebuah negara di Eropa Timur. Masjid Bajrakli didirikan tahun sekitar tahun 1575, salah satu dari 273 masjid yang pernah ada di kota Beograd di era kekuasaan bangsa Turki. Awalnya masjid ini bernama Cohadzi, mengambil nama dari Hajji-Ali, seorang pedagang kain.
Masjid merupakan bangunan tunggal dilengkapi dengan kubah dan minaret. Seperti halnya bangunan-bangunan di era Byzantium, teknologi bentuk kubah berasal dari susunan konstruksi batu pada bentang tertentu. Bila disusun lebih lebar lagi dari bentang yang dimungkinkan, tekanan gaya mekanikanya akan lepas dan kubah akan runtuh. Jadi sebetulnya kubah bukanlah identik dengan atap masjid, tetapi karena konstruksi bangunan bentang lebar waktu itu hanya dimungkinkan dengan bentuk kubah. Bentuk kubah dicapai dengan menyusun batu pada cincin berbentuk segi delapan. Dan cincin tersebut diteruskan pada dinding tebal bangunan di bawahnya yang berbentuk segi empat.
Pada waktu dikuasai oleh pemerintahan Austria, di tahun 1717-1739, masjid ini dialihfungsikan menjadi gereja Katolik. Kemudian dikembalikan menjadi masjid di tahun 1741, ketika Turki mengambil alih kekuasaan. Di akhir abad ke-18, dinamakan Bajrakli, dari kata bayrak yang berarti bendera, merujuk pada dikibarkannya bendera dari menara sebagai penanda tibanya waktu shalat. Sedangkan kata Dzamija, dalam bahasa Serbia berarti masjid.
Di abad ke-19 masjid ini diperbarui oleh bangsawan Serbia dan menjadi masjid kota. Akibat perang saudara di Yugoslavia, masjid ini sempat dibakar di tahun 2004 oleh massa demonstrasi, kemudian direnovasi kembali dan sekarang menjadi satu-satunya masjid di Beograd, yang sekarang menjadi ibukota Serbia.
Berkunjung ke Masjid Bajrakli Dzamija
pelataran masjid, di latar belakang merupakan bangunan pendidikan
susunan dinding batu tanpa plester
Di akhir tahun 2013, saya bersama keluarga berkesempatan berkunjung ke Masjid Bajrakli Dzamija. Pelataran masjid hanya bisa dicapai dari jalan Gospodar Jevremova, di wilayah Dorcol.
Masjid ini tidak besar, mungkin hanya 15X15 m2 dan hampir seluruh dinding masjid merupakan susunan batu tanpa plester, dengan pintu kayu di tengahnya. Sebuah menara di sisi Barat, melengkapi sosok masjid tersebut. Sebuah bangunan pendidikan empat lantai didesain menyesuaikan dengan ekspresi masjid melengkapi kompleks peribadatan bagi kaum Muslim di Beograd.
di depan masjid
Memasuki area shalat terdapat pilar-pilar kayu yang merupakan penyangga lantai mezanin untuk area shalat akhwat. Untuk mencapai area mezanin, harus melalui pintu kecil yang agak tersembunyi kemudian menaiki tangga putar. Berbeda dengan perlengkapan shalat di Indonesia, yaitu mukena warna-warni atau umumnya berwarna putih, “baju” untuk shalat berbentuk jubah berwarna hitam. Jubah-jubah tersebut tergantung rapi di dinding belakang berikut beberapa tasbih. Sebuah kotak berisi warna-warni kerudung segi empat, diperuntukkan bagi akhwat yang datang belum berhijab.
tangga menuju mezzanine, tempat shalat akhwat
jubah hitam untuk shalat akhwat
mukena model jubah dengan kapucon
Ketika memasuki waktu shalat, tidak ada kumandang adzan dari menara untuk mengingatkan waktu shalat kepada umat Muslim. Adzan hanya dilafazkan di dalam masjid saja. Kemungkinan besar karena mayoritas warga Beograd atau Serbia pada umumnya adalah Katolik Roma dan Ortodoks. Dalam diam, syiar Islam perlahan berkumandang kembali di sebuah negara yang pernah diisukan melakukan genosida terhadap kaum Muslim.
view ke arah mihrab
tampak kubah masjid dari bawah
imam masjid warga negara Boznia-Herzegovina
Di bagian depan area shalat ikhwan terdapat deretan kursi terbuat dari kayu. Kursi-kursi tersebut diperuntukkan bagi jamaah sepuh supaya dapat tetap shalat sambil duduk. Deretan piringan kayu berbentuk segi delapan bertuliskan Asmaul Husna terpasang rapi mengelilingi dinding. Mihrab kecil hanya berupa cerukan di dinding masjid dan plakat dua kalimat Syahadat terpasang di dinding mihrab. Lantai masjid, di area utama maupun di lantai mezzanine dilapis karpet berlajur-lajur menuruti shaf shalat.
Secara sepintas hanya sedikit warga yang shalat kala itu, beberapa ikhwan sebagian besar sudah sepuh. Sedangkan di bagian akhwat hanya dua atau tiga orang yang shalat, itupun tidak muda lagi. Walaupun perang telah usai, sepertinya perlu waktu untuk mengembalikan kehangatan Islam di tengah negara yang pernah berada dalam sistem pemerintahan komunis. Apalagi di era globalisasi yang melanda seluruh belahan bumi termasuk Eropa dan Serbia, sangat sedikit kaum muda yang tertarik untuk belajar agama apapun.
Acara akad nikah Widi dan Muthia yang dilaksanakan di Masjid Bajrakli Dzamija
Dihadiri teman-teman Beograd berpakaian kebaya dan berkerudung untuk menghargai memasuki kawasan masjid
Semoga bermanfaat
Maasya allah ya masih tegak berdiri kokoh. Menjadi bukti sejarah yang masih tersisa ini jangan sampai hancur ya.
Btw, kebayanya itu berarti dikirim dari Indonesia ya kak? Cantik soalnya dipakai sama mereka 🙂
Peradaban Islam yang masih bisa dikunjungi di negeri Balkan jauh disana, masjid dan peradaban Islam tetap menyimpan sejarah otentik
Masya Allah, saya sendiri juga pengen rihlah seperti ini menapaki bangunan2 Islam di seluruh penjuru bumi, banyak peninggalan Islam yang bisa kita ambil pelajaran dan hikmah. Jadi di masjid Bajrakli Dzamija adzannya memang hanya untuk dalam masjid ya.
Iya Mbak…Rata-rata gitu sih kalau di yurop sana. Engga boleh keras-keras, dianggap mengganggu lingkungan yah…
Bener selalu menarik kok kalau mengunjungi masjid di mana-mana. Di Indonesia juga sih…Suka ama desain masjid-masjid zaman dulu
subhanallah, ingin rasanya menapakan kaki ke sana, belajar tentang Islam di Eropa
beberapa yang sy tahu bangunan masjidnya beda seperti di Indonesia
mukena juga hanya ada di Indonesia dan Malaysia, di negara lain tidak ada mukena
Masyaallah moga saya kelak bisa travel ke Bajrakli Dzamija, Belgrade – Serbia. Menarik dengan sejarahnya
Membayangkan kondisi perang saudara saat itu. Betapa ngerinya. Semuanya hancur. Dan sekarang yg tersisa adalah puing2 sejarah. Termasuk masjid bajrakli dzamija. Semoga bisa berkunjung ke Eropa menapaki sejarah Islam di sana
Aku agak belibet spelling Bajrakli Dzamija. Gimana itu cara membacanya? Hahahaha.
Masjidnya mirip kastil gitu ya. Kearifan lokal katanya. Pernah dikuasai Turki juga kah? Wowow, jadi belajar sejarah.
Waaah seru banget bisa menapaki jejak2 peninggalan masa kejayaan islam.
Saya jadi penasaran gimana salat pakai capuchon gitu. Memang tiap daerh punya keunikan sendiri. Kalau ke Yugoslava, masjid ini memang wajib dikunjungi dan salat di sana sembari mensyukuri kehidupan kita yang lebih tenang di nusantara.
Dari kisah masjid ini saja sudah terbayang bagaimana kerasnya kehidupan di sana dan bagaimana masjid ini menjadi pelindung bagi semua
Jadi ikutan jalan-jalan nih ke masjid Bajrakli Dzamija di Yugoslavia, Slavia Selatan ya artinya. Hmm, banyak informasi deh dari artikel Mba Hani ini,, btw itu cantik2 baanget yg foto ama pengantin, ciwi Beograd persis barbie doll yahh hehe
Jejak-jejak Islam di semenanjung yang pernah banjir darah ini memang mengharu-biru ya. Beruntung yang pernah kesini, mbak. Bisa melihat guratan perjuangan mereka yang masih teguh di tengah kultur yang mungkin kurang berpihak.