Belum seminggu sesudah Lebaran yang lalu, dunia dikejutkan dengan hujan yang berlebihan di Uni Emirat Arab yang menyebabkan banjir di Dubai, Emirat Al Ain, dan kota lain di sekitarnya.
Memang ngeri, sih, kalau melihat video banjir yang dishare di berbagai media online. Mobil-mobil bagus terperangkap di air yang setinggi kap mobil. Air yang deras mengalir di sela-sela pintu toko branded di sebuah mall. Angin kencang yang menerbangkan perangkat kursi dari balkon apartemen. Belum lagi Bandara Internasional Dubai berubah menjadi mirip lautan, sehingga harus membatalkan 1.244 penerbangan dalam dua hari.
Berbagai Dugaan Penyebab Banjir di Dubai
Banjir di Dubai
Kita mungkin sering mendengar, membaca, bahkan merasakan sendiri bahwa terjadi perubahan cuaca di sekitar kita. Kemarau yang berkepanjangan, atau sebaliknya musim hujan yang engga berhenti-henti.
Dulu di Indonesia kita mengenal musim kemarau mulai sekitar bulan April hingga Agustus. Sedangkan musim hujan sekitar bulan Oktober hingga Maret. Tapi tidak jarang, bulan November masih panas terik dan kering. Sebaliknya, sampai sekarang bulan April hampir habis, hujan deras masih sering turun. Kadang bingung sendiri, sekarang musim apa, sih?
Balik lagi ke Dubai.
Hujan dalam dua hari yang menyebabkan banjir tersebut menimbulkan banyak spekulasi tentang sebab musabab terjadinya bencana tersebut.
Curah Hujan Ekstrem
Area Gurun Pasir
Dubai, yang terletak di Uni Emirat Arab, merupakan kota yang terletak di tepi pantai yang dulunya adalah rawa. Secara geografi, kawasan Uni Emirat Arab adalah gurun pasir, yang pasirnya terdiri dari kerang hancur dan koral dan halus, bersih dan putih.
Petaka terjadi ketika hujan turun sangat lebat terjadi di tanggal 15 April 2024, dan seketika membanjiri jalan raya di Dubai dengan curah hujan sekitar 20 milimeter (0,79 inci).
Sehari berselang, Selasa, 16 April 2024, sejak pukul 9 pagi hari, curah hujan semakin tinggi dan turun hujan es. Selama 24 jam, curah hujan di Dubai mencapai lebih dari 142 milimeter (5,59 inci).
Padahal, rata-rata curah hujan dalam setahun mencapai 94,7 milimeter (3,73 inci) saja.
Jumlah tersebut setara dengan jumlah curah hujan yang biasanya turun di UEA sepanjang tahun. Pusat Meteorologi Nasional negara Arab tersebut menyebutkan, curah hujan tersebut merupakan yang tertinggi dalam 75 tahun terakhir.
Badai Vorteks di Wilayah Timur Tengah
Banjir bandang di Dubai disebabkan oleh badai vorteks yang semula berada di kawasan Oman. Badai ini bergerak menuju bagian barat Dubai dan membesar hingga ke perairan Teluk Persia. Saat berada di perairan ini, badai vorteks memasuki kawasan bertekanan rendah.
Cloud Seeding
Di berbagai media online diwartakan bahwa salah satu penyebab curah hujan tinggi adalah adanya rekayasa penyemaian awan (cloud seeding).
Walaupun keterangan dari para ahli menampik adanya cloud seeding yang berujung terjadinya hujan tersebut. Konon cloud seeding ini dilakukan oleh pemerintah Uni Emirat Arab beberapa hari sebelumnya.
Apa itu Cloud Seeding
Istilah cloud seeding yang sering kita baca di berbagai media online, sering diterjemahkan sebagai penyemaian awan.
Penyemaian awan adalah upaya manusia untuk memanipulasi awan yaitu menaburkan banyak garam khusus yang halus dan dicampur bibit/seeding, sehingga membuat awan menjadi jenuh, yang berakibat turun hujan.
Peristiwa ini sering disebut sebagai hujan buatan.
Dulu seingat saya, di Bandung sering dilakukan hujan buatan ini. Tanda-tandanya adalah adanya pesawat kecil Cassa atau CN235 yang terbang mengelilingi kota Bandung. Cuaca yang tadinya panas terik, tiba-tiba hujan deras banget.
Kebijakan hujan buatan waktu itu biasanya untuk mengatasi krisis air di tiga waduk yang menjadi pasokan utama listrik Jawa-Bali yakni Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur. Hasilnya dalam dua hari hujan, pasokan air ke waduk terus bertambah.
Secara alami sebetulnya hujan terjadi ketika udara yang mengandung uap air menjadi jenuh dan mengembun menjadi awan. Awan yang cukup berat dan jenuh kemudian akan menjatuhkan butiran air atau es ke permukaan bumi sebagai hujan.
Hujan buatan berusaha mempercepat proses pembentukan hujan ini dengan cara menambahkan partikel ke dalam awan. Partikel ini berfungsi sebagai inti kondensasi atau inti es, yang membantu titik-titik air atau kristal es berkumpul dan menjadi lebih besar hingga cukup berat untuk jatuh ke bumi sebagai hujan. Partikel yang ditaburkan biasanya berupa garam silver iodide. Itu sebabnya sering beredar isue, kalau ada hujan buatan, kita dilarang main hujan, karena air hujannya mengandung asam.
Dampak Cloud Seeding
Proses Penyemaian Awan (Cloud Seeding)
Bumi kita bulat, sehingga ada peristiwa alam di suatu tempat, maka di belahan bumi lain akan ada peristiwa penyeimbangnya.
Hujan buatan, meskipun memiliki potensi manfaat untuk meningkatkan curah hujan di daerah yang mengalami kekeringan, juga memiliki beberapa efek samping yang perlu dipertimbangkan. Berikut beberapa efek samping yang perlu diketahui:
Dampak Lingkungan
Gangguan keseimbangan ekosistem: Hujan buatan yang berlebihan dapat mengganggu keseimbangan ekologis di daerah yang ditargetkan. Hal ini dapat berakibat pada perubahan pola hidup flora dan fauna, serta potensi kerusakan habitat.
Pencucian zat pencemar: Hujan buatan dapat membawa turun polutan dan kontaminan dari atmosfer ke permukaan bumi, memperparah pencemaran tanah dan air.
Asidifikasi air: Penggunaan bahan kimia tertentu dalam proses hujan buatan, seperti perak iodida, dapat meningkatkan keasaman air, berpotensi membahayakan biota air dan tanaman.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Banjir: Hujan buatan yang tidak terkontrol dapat menyebabkan banjir di area yang tidak siap, berpotensi menimbulkan kerusakan infrastruktur dan kerugian ekonomi.
Konflik air: Hujan buatan dapat memicu konflik antar wilayah atau negara yang memperebutkan sumber air, terutama di daerah yang mengalami kelangkaan air.
Ketergantungan pada teknologi: Hujan buatan dapat menciptakan ketergantungan berlebihan pada teknologi dan mengabaikan solusi jangka panjang untuk mengatasi kekeringan, seperti pengelolaan air dan konservasi.
Penting untuk dicatat bahwa efek samping ini masih dalam tahap penelitian dan belum sepenuhnya dipahami. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menilai dampak jangka panjang hujan buatan secara komprehensif.
Penutup
Ketika iklim terus menghangat akibat perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia, beberapa wilayah di dunia menjadi lebih panas dan kering. Penyemaian awan dapat dianggap sebagai solusi untuk membawa lebih banyak air ke wilayah yang membutuhkan, namun hal ini juga berpotensi membuat wilayah lain menjadi lebih kering.
Hujan buatan atau cloud seeding adalah salah satu upaya manusia untuk mengatasi kekurangan air dan kekeringan. Upaya ini tidak selalu berhasil, karena tergantung adanya banyaknya awan yang di wilayah yang menjadi sasaran penyemaian awan. Kalau tidak ada awan, maka hujan buatan tidak akan terjadi.
Meskipun hal ini akan meningkatkan curah hujan di suatu wilayah, ternyata cloud seeding impact (dampak hujan buatan) akan mempunyai dampak besar di wilayah lain, karena sejatinya bumi tetap mencari keseimbangan.
Semoga bermanfaat.
Artikel ini dalam rangka mengikuti “Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog” bulan April 2024 tentang “Bumi”
Wah baru tahu kalau banjir Dubai itu bisa jadi karena adanya cloud seeding di negara tetangganya. Tapi memang tinggi banget ya itu curah hujannya.
Pengetahuan baru nih teh, ttg dampak hujan buatan. Kirain selama ini gak ada dampak apa2nya. Tapi bener juga sih, masing-masing peristiwa alam, pasti ada peristiwa lain yg menjadi penyeimbang.
Idem komennya teh Riska. Terima kasih penjelasannya, Bu Hani 👍
Wah ternyata banjir dubai karena perubahan kondisi alam. Kondisi alam karena aktivitas manusia juga ya. Hehehe. Dan baru tahu ternyata hujan buatan bisa besar dampaknya? Kirain selama ini skala lokal aja dan nggak sampai bikin heboh banjir gitu
Hanupis teh Hani … Ini pengetahuan baru, bahwa rekayasa alam memang punya dampak negatif yang bisa jadi tidak terbayangkan sebelumnya oleh manusia.
Iya beritanya viral banget ya dan bersamaan dengan sehari sebelumnya di subai ada cloud seeding dengan alasan yang too much menurut saya. Alasan karena kekeringan kurangnya curah hujan, masih wajar ya meski ada efek sampingnya. Tapi ini katanya alasannya biar pengunjung mall bisa menikmati hangat senja sambil minum kopi selepas hujan. Aduuuh kan ya.
Btw saya kira cloud seeding gak begitu berdampak terhadap lingkungan, tapi zat nya itu yang cukup berdampak ya.
Dilema juga ya mbak. Disatu sisi terjadi kemarau berkepanjangan, sehingga dilakukan teknologi hujan buatkan namun di sisi lain, dampaknya bisa terjadi bencana banjir gitu. Semoga bencana banjir tidak terjadi lagi di Dubai
Ternyata ada pengaruh juga ya terhadap hujan buatan ini. Semoga ke depannya teknologi yang ada dapat dikaji lebih dalam lagi sehingga mengurangi dampak-dampak yang merugikan bagi manusia dan lingkungan