Masjid Jami Sumenep Tampilan Gaya Arsitektur Jawa-Cina-Belanda

Masjid Jami Sumenep merupakan masjid besar di kota Sumenep di ujung Timur pulau Madura. Masjid Jami Sumenep sesuai dengan ketentuan tata kota di Indonesia, sekarang bernama Masjid Agung Sumenep. Walaupun penyebutan oleh masyarakat setempat, sudah terbiasa dengan nama Masjid Jami Sumenep. Begitu pula di karpet masjid masih tertera Masjid Jami Sumenep.
Masjid ini menarik karena bentuknya yang unik, mulai dari gerbang, bentuk masjid, pintu, interior, pilar-pilar, hingga menara yang ada di belakang masjid.
Menilik sisi sejarahnya juga cukup panjang sehingga sering menjadi objek penelitian dari kampus-kampus. Sebagai masjid yang makmur, sering diadakan kajian dan tauziah sehingga menjadi objek wisata religi juga.

Pertama kali saya berkunjung ke Masjid Jami Sumenep ini bersama dengan teman-teman peneliti dan dosen dari perguruan Teknik Arsitektur berbagai kota di Indonesia.
Ada yang dari Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan Den Pasar.
Titik kumpul dari kota masing-masing adalah di Surabaya, kemudian kami naik bus travel menyeberang menuju kota Sumenep di ujung Timur pulau Madura.

di depan gerbang masjid jami sumenep

Begitu sampai depan masjid langsung foto bareng suami 😀

Sejarah Masjid Jami Sumenep

Masjid Jami Sumenep menurut catatan sejarah didirikan pada tahun 1206 H atau 1779 M dan selesai 1787 M, di masa pemerintahan Panembahan Somala (1762 M – 1811 M), yang merupakan Adipati Sumenep ke 31.
Panembahan Somala dengan nama asli Aria Asirudin Natakusuma yang memprakarsai pembangunan masjid, 17 tahun setelah kompleks Keraton Sumenep selesai didirikan di tahun 1764, suatu rentang waktu yang cukup jauh.

Sebelumnya sudah ada masjid lama di kompleks keraton yaitu Masjid Laju yang dibangun oleh Pangeran Anggadipa (Adipati Sumenep, 1626 M – 1644 M). Dari segi langgam Masjid Laju sudah mengalami banyak perubahan dan renovasi berkali-kali sehingga sudah sulit ditelusuri bentuk aslinya.

Masjid Laju dianggap kurang bisa menampung jamaah yang semakin banyak, maka Panembahan Somala memerintahkan membangun masjid yang lebih besar di sebelah barat keraton Sumenep.
Banyak kisah sejarah yang menceritakan bahwa arsitek Masjid Jami Sumenep adalah orang Tionghoa bernama Lauw Pia Ngo, seorang ahli bangunan. Lauw Pia Ngo merupakan cucu Lauw Khun Thing, juga ahli bangunan yang membangun komplek Keraton Sumenep.

gambar detail masjid jami Sumenep

Rekayasa gambar Masjid Jami Sumenep, sumber: International Islamic University Malaysia

Keluarga Lauw ini merupakan kelompok keluarga Tionghoa yang melarikan diri dari Batavia karena adanya peristiwa ‘Geger Pecinan’ di akhir bulan Oktober tahun 1740. Peristiwa pembunuhan besar-besaran orang Tionghoa oleh VOC perawal dari kegagalan tata niaga gula yang menyebabkan kerugian di pihak VOC.

Latar Belakang Gaya Arsitektur

Kompleks Masjid Jami Sumenep terdapat beberapa bangunan, yaitu gerbang masjid, gedung utama masjid, ruang wudhu, menara, tempat menginap, pesanggrahan, dan toilet.

Awalnya saya rancu dengan bangunan megah berwarna putih bergaris kuning cerah. Saya kira bangunan tersebut adalah masjidnya. Ternyata bangunan ini merupakan gerbang masjid yang megah dan besar dengan ornamen swastika atau wanzi, bentuk ornamen yang sering ada pada bangunan gaya Cina.

halaman dalam masjid jami sumenep

Halaman dalam Masjid Jami Sumenep

Gerbangnya sangat megah yang menjadi penanda kota Sumenep. ini berlantai dua. Bagian atasnya ada bedug besar dan bisa melihat ke arah alun-alun Sumenep. Bagian bawahnya kiri-kanan ada ruangan, sisi kanan dulunya dipakai sebagai penjara, sedangkan sisi kiri sebagai gudang.

teras masjid

Serambi Masjid Agung Sumenep

Melangkah melalui bagian tengah gerbang, kita akan diarahkan menuju bangunan utama Masjid Jami Sumenep.
Ada halaman luas dan serambi dengan pilar-pilar membentuk lengkung dengan hiasan kepala kolom berwarna emas.
Serambi ini sebetulnya merupakan bangunan tambahan untuk menampung jamaah yang membludak.
Untuk memasuk masjid ada 5 pintu yang bagian bovenlicht/jendela atas di atas pintu merupakan ornamen unik bentuk sulur-suluran berwarna merah-hijau-kuning. Ornamen bunga dan daun kombinasi warna emas-merah-hijau, merupakan ciri ornamen pada rumah-rumah Madura.

tampilan atap tajug masjid sumenep

Tampilan utuh Masjid Agung Sumenep

Bangunan masjidnya sendiri merupakan bangunan satu lantai, bentuk atap tajug tiga (bersusun tiga), sedangkan serambinya atap tajug dua. Sepintas mirip dengan Masjid Agung Demak, masjid mula/pertama di pulau Jawa.
Bagian tengah ruang sholat ada deretan kolom, kalau dihitung ada 13 kolom yang bagian atasnya mirip kolom bangunan Belanda abad ke-18.

ruang utama masjid

Suasana menyimak penjelasan sejarah masjid

Mihrab di bagian depan dilapisi keramik berwarna biru dan tampak ornamen baqua, yaitu ornamen khas Tionghoa berbentuk segi delapan.

mihrab

Mihrab dengan ornamen baqua dan hiasan keramik Cina

Untuk ruang shalat akhwat disiapkan di sisi Selatan, di teras sebelah kiri dari masjid. Jadi bukan di dalam ruang utama masjid.

Uniknya menara masjid ada di belakang masjid, tidak biasa bila dibandingkan dengan masjid-masjid yang selama ini kita kenal. Biasanya menara masjid terletak di bagian depan dan tingginya melebihi tinggi atap masjid.
Menara ini cukup unik karena ada ornamen-ornamen dan tidak cukup tinggi untuk mengumandangkan azan, karena hanya sekitar 40 meter. Atap menara berbentuk kubah, ada dugaan meniru bangunan Eropa di awal abad ke-18.

menara Masjid Jami Sumenep

Menara di sisi luar mihrab 

Penutup

Perjalanan mengamati masjid-masjid di mana pun saya berkunjung selalu menarik. Apalagi masjid yang memiliki latar belakang keunikan seperti halnya Masjid Jami Sumenep ini.
Keunikan masjid ini menampilkan berbagai gaya arsitektur dari ornamen Cina, Jawa, bentuk masjid tradisional tanpa kubah, pilar-pilar hingga berbagai ornamen arsitektur Hindia Belanda.

Karena keunikan dan peran sejarahnya inilah, masjid yang semula hanya setingkat kecamatan setara masjid jamik, kemudian diberi nama Masjid Agung Sumenep, kebanggaan warga Sumenep.
Walaupun masjid ini mungkin dari segi gaya arsitektur merupakan tempelan sana-sini, mirip gaya eklektik. Tetapi masjid ini menjadi objek wisata sejarah dan religi serta menjadi objek penelitian dari berbagai universitas, bahkan hingga mancanegara.

Semoga bermanfaat.

22 pemikiran pada “Masjid Jami Sumenep Tampilan Gaya Arsitektur Jawa-Cina-Belanda”

  1. Wisata mesjid ini termasuk dlm daftar wisata buat anak2 di rumah. Agar mereka mencintai mesjid. Someday, semoga bisa mengunjungi mesjid ini.

    Balas
  2. Masjidnya cantik banget, Bun. Kapan-kapan kalau ke Sumenep mau ke sana juga. Kalau masjidnya sebagus ini bakalan betah untuk ibadah dan istirahat sejenak di sana.

    Balas
  3. Serambi masjidnya nampak adem sekali untuk duduk merenung sembari mengagumi arsitektur masjid Jami Sumenep ini. Gaya arsitekturnya nik menyimpan perjalanan sejarah. Bukan hanya jadi kebanggan warga Sumenep, tapi juga umat muslim lainnya.

    Balas
  4. Jadi foto pertama itu baru gerbangnya ya?
    Udah bikin takjub.
    Apalagi masuk ke dalamnya nih, jadi makin membuat kagum ya. Lalu dilanjutkan dengan tahiyatul masjid di sana sekalian

    Balas
  5. MashaAllah~
    Aku jadi ingat kalau mudik suka wisata religi ke Masjid-masjid di sepanjang jalur mudik. Dan dengan banyak melihat arsitektur gaya bangunan Masjid yang dipengaruhi oleh latar belakang sejarah berdirinya.
    Sebenernya, masjid-masjid di Jawa ini khas banget yaa.. pengaruh kuat dari arsitektur gaya China dan Belanda-nya.

    Balas
  6. Selalu suka deh kalau trip ke masjid, gereja, kuil gini. Tempat ibadah emang punya banyak sejuta cerita lewat arsitektur bersejarah mereka. Ya kaya Masjid Jami Sumenep ini, bakal mampir deh kalau ke Madura hehe

    Balas
  7. Keren dan megah banget ya kak masjidnya. Duh jadi pingin ke sana nih. Walau satu provinsi, aku belum pernah nih menginjakkan kaki ke pulau sebelah ini. Hehe. Smoga bisa sampe ke Sumenep buat wisata religi dan lainnya nih.

    Balas
  8. Kalau road trip, temenku suka cerita kalo dia suka mampir untuk sejenak istirahat dan beribadah di masjid di daerah yang dilewatinya, adem yaa mba vibesnya masjid jami sumenep ini

    Balas
  9. Saya tiap berkunjung ke satu kota selalu tertarik ingin melihat masjidnya. Ndilalah nggak semua masjid icon kota itu di tempat yang mudah dijangkau. Kalau ke sini dari Bangkalan berapa lama ya mbak? Saya apalnya Bangkalan

    Balas
  10. Subhanallah itu mihrabnya keren banget ya. Andai saya bisa ke sana, jujur saya mau banget foto di sana. Hehehe
    Semoga kesampaian ke Pulau Madura. Terakhir ke sana waktu hamil, ikut jiarah ke Bangkalan dan mampir juga ke Sumenep

    Balas
  11. Menarik sekali, Mbak. Wah, jadi penasaran banget jadinya. Atap tajug-nya itu bisa ditempati ga ya Mbak? Tingginya kisaran berapa?
    Bentuknya mirip dengan masjid di kota kami yang hanya tinggal gambar sketsa saja. banyak yang penasaran.

    Balas
    • Kayaknya engga ditempati Mbak, karena tertutup plafon. Kalau Masjid Demak kan ada tangganya naik ke para², walaupun dipagerin ya…

      Balas

Tinggalkan komentar