Sebuah penggalan dalam buku “Marriage with Heart” menuliskan: Kami, Bukan Aku
Ketika seseorang menikah, maka seringkali dia tidak lagi menjadi aku, tetapi kami.
Tak soal apakah dia tersebut seorang perempuan atau seorang laki-laki.
Hakikatnya menikah adalah membentuk keluarga.
Saya suka dengan gaya bahasa bertutur yang ada dalam buku “Marriage With Heart”.
Banyak hal yang dibahas dalam buku nonfiksi ini, karena memang niat menikah adalah niat menapaki hari-hari kedepan sepanjang hayat bersama pasangan.
Menikah adalah proses untuk saling menyesuaikan diri.
Tentu saja, ketika pasangan kita mempunyai sikap kurang baik, bukan berarti kita ikut mendegradasikan diri agar sama rendah.
Karena ikatan pernikahan adalah ikatan mulia, seyogyanya tujuannya adalah untuk membaik bersama-sama.
kau hanya untukku dan aku hanya untukmu
Marriage With Heart
Judul: Marriage With Heart
Penulis: Elia Daryati dan Anna Farida
Penerbit: Kaifa
Ukuran buku: 20 X 14 cm
Tebal: 203 halaman
Harga: IDR 45.000,-
Membaca buku “Marriage With Heart” tidak akan bosan. Karena seperti membaca kisah sehari-hari, kadang diselingi dengan istilah gaul dan gaya bahasa anak muda.
Penulisnya, Anna Farida, ketika buku ini selesai ditulis telah menapaki kehidupan perkawinan selama 18 tahun. Jadi tak salah lagi, kenapa bisa menuliskan dengan ringan, bisa jadi itu merupakan curahan hati dan wejangan jitu bagi pembaca.
Sedangkan, Elia Daryati, adalah psikolog dan mengasuh rubrik konsultasi bertema keluarga. Pastinya banyak cerita curhatan dari berbagai pasangan yang ingin dibagi solusinya dengan kita semua.
Dari segi urutan penulisan buku, penulisnya tidak menyusunnya berdasarkan bab, jadi pembaca bisa membaca dari bab mana saja. Karena hakikatnya menurut saya, dinamika kisah pernikahan bisa unik dari mana saja.
Runutan isi buku memang diawali dari “Manis di Awal” kemudian dilanjutkan dengan berbagai bahasan pendek, rata-rata antara empat hingga tujuh halaman, sehingga buku ini memang ringan.
Sesuai dengan judul kedua, Hidup Bersama Bahagia Bermakna, maka bahasan selanjutnya banyak mengisahkan celetukan kisah nyata dari banyak kasus pernikahan.
Tentang mertua, anak tiri, istri bekerja, selingkuh, aneka chat di media sosial, dan masalah keuangan.
Juga tentang LDR, long distance relationship, kriteria romantis, komitmen, kompromi, dan menjaga kelentingan bernikahan.
Buku ini diakhiri dengan sajak “Satu Sayap” bahwa sayap adalah belahan jiwa.
Agar kita bisa melangit bersama
Menuju Dia semata.
Selamat membaca!