Jalan Braga Bandung, Zaman Dulu VS Masa Kini

Bagi warga Bandung maupun turis yang mampir ke Bandung, jalan Braga Bandung menjadi salah satu tujuan wisata, karena terkenal sebagai kawasan bersejarah dengan suasana bangunan-bangunan bergaya arsitektur Hindia Belanda.

Di jalan ini orang ingin menikmati suasana jalan kaki dan mampir ke beberapa rumah makan maupun cafe yang berderet-deret sepanjang jalan Braga. Dulu ketika saya menempuh pendidikan pasca sarjana, jalan Braga pun menjadi salah satu subjek kajian saya tentang integrasi reklame dengan fasad bangunan.

Nah, mau tahu tentang jalan Braga Bandung zaman dulu dan kondisinya masa kini, kita telaah dulu sejarah Jalan Braga Bandung ini ya…

Sejarah Jalan Braga Bandung

Kalau dicek peta, jalan Braga ini menghubungkan antara jalan Asia-Afrika dan jalan Wastukencana. Panjang jalan ini ~1.1 km, di Selatan mulai dari pertigaan dengan jalan Asia Afrika, di ujung jalan ada Museum Asia Afrika dan seberangnya ada Apotik Kimia Farma.

sepanjang jalan braga bandung

jalan Braga Bandung dari pertigaan Asia Afrika hingga jalan Perintis Kemerdekaan

Menyusuri jalan Braga ke Utara akan bersimpangan dengan jalan Naripan. Di salah satu sudut jalan ada Bank Jabar, yang dulunya adalah gedung DENIS.

DENIS adalah singkatan dari NV. De Eerste Nederlandsch-Indische Spaarkas (PT. Bank Tabungan Hindia Belanda Pertama), dibangun tahun 1935, yang didesain arsitek Belanda bernama Albert Frederik Aalbers.

Selanjutnya bersimpangan lagi dengan jalan Suniaraja dan jalan Lembong, lanjut menyeberangi rel kereta api. Diakhiri dengan persimpangan dengan jalan Perintis Kemerdekaan, yang di sudut sebelah barat ada gedung Bank Indonesia.

Awalnya gedung ini merupakan kantor cabang De Javasche Bank (DJB) ke-15 yang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda, di tahun 1915 hingga 1918. Perancangnya adalah biro arsitek Hulswit, Fermont dan Edward Cuypers.

Jalan Braga di zaman Pemerintahan Hindia Belanda bernama jalan Pedati atau Karrenweg, yang menghubungkan gudang kopi milik Andries de Wilde, seorang juragan perkebunan. Gudang kopi ini sekarang merupakan area kompleks Balai Kota Bandung, yang letaknya di seberang De Javasche Bank.

Di kemudian hari, jalan Braga Bandung berkembang pesat menjadi pusat perdagangan dan bisnis. Jalan ini mulai dipenuhi dengan toko-toko, kafe, dan restoran yang bergaya Eropa, yang banyak dikelola oleh orang-orang Belanda. Bangunan-bangunan di sepanjang jalan ini banyak yang bergaya Art Deco, mencerminkan arsitektur yang populer pada masa itu.

Toko pertama yang berdiri di Jalan Braga bukanlah toko rias atau cafe tempat bersantai, melainkan toko senjata api. Toko ini dibangun oleh C.A. Hellerman pada tahun 1894.

Sebagai seorang pebisnis yang cerdas, Hellerman melihat potensi bisnis di Jalan Braga dan mendirikan toko-toko baru di sekitarnya. Sayangnya, toko pertamanya yang sekarang dikenal sebagai bangunan tua nomor 51 telah hancur dan ditinggalkan oleh pemiliknya.

Pada tahun 1895 dibangun Societeit Concordia, yaitu tempat rekreasi dan sosialisasi sejumlah ekspatriat Belanda yang bermukim di Bandung pada masa pendudukan Belanda. Gedung ini sekarang bernama Gedung Merdeka.

Societeit Concordia mendorong tumbuhnya pertokoan di Jalan Braga yang khusus menjual kebutuhan berpesta. Perkumpulan ini pun berperan dalam mengembangkan sarana dan jalur transportasi menuju Jalan Braga. Hingga akhirnya, Jalan Braga dikenal sebagai jantung kota Bandung.

Jalan Braga Bandung, Zaman Dulu VS Masa Kini

Jalan Braga, Bandung; 1935. FOTO/Wikicommon

Setelah Indonesia merdeka pun banyak bangunan dan usaha di Jalan Braga yang diambil alih oleh penduduk lokal. Meskipun demikian, Jalan Braga tetap menjadi salah satu pusat keramaian dan perdagangan di Bandung.

Jalan Braga menjadi saksi bisu berbagai perubahan sosial dan budaya di Bandung. Pada tahun 1950-an hingga 1970-an, jalan ini dikenal sebagai tempat nongkrong para seniman, sastrawan, dan budayawan. Bioskop, teater, dan tempat hiburan lainnya bermunculan di sini, menjadikan Jalan Braga sebagai pusat hiburan.

Di belakang jajaran pertokoan keren sepanjang jalan Braga ini, ada perkampungan bernama Kampung Braga yang berdiri sepanjang bantaran Sungai Cikapundung. Dulunya merupakan kampung kota yang dihuni oleh pribumi. Untuk sampai ke area ini ada gang kecil di antara jajaran toko-toko tersebut.

Jalan Braga Bandung Masa Kini

papan nama jalan braga

sumber: detik.com

Memasuki akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, Jalan Braga mengalami berbagai upaya revitalisasi untuk mengembalikan kejayaannya sebagai pusat kota yang bersejarah. Pemerintah kota Bandung dan berbagai pihak swasta berusaha mempertahankan bangunan-bangunan bersejarah dan menambahkan elemen modern untuk menarik wisatawan.

Letaknya yang di pusat kota Bandung, jalan Braga menjadi jalan penghubung bagi warga di selatan kota Bandung bila akan ke Utara. Jalan yang hanya selebar 7.5 m ini merupakan jalan satu arah yang bisa dilalui mobil dan motor. Di sisi kanan (Timur) dipakai sebagai area parkir sehingga otomatis mempersempit jalan yang sekarang dilapis oleh batu andesit.

jalan-jalan di Jalan Braga Bandung bersama geng MGN Bandung-Berlin-Cannes

Jalan Braga menjadi salah satu destinasi wisata utama di Bandung.
Jalan ini tetap mempertahankan pesona lamanya dengan deretan bangunan klasik yang telah direstorasi, kafe-kafe bergaya vintage, serta berbagai acara seni dan budaya yang sering digelar. Beberapa bangunan lama pun direnovasi menjadi fungsi baru yaitu galeri, restoran, hingga cafe.

Grey Art Gallery Bandung, Spot Wisata Budaya Keren

Grey Art Gallery Bandung, jalan Braga no 47, sumber: garis.my.id

 

Di beberapa tempat, di belakang jajaran toko-toko ini ada beberapa spot hidden gems, yang harus melalui gang sempit untuk sampai ke area yang teduh dan sejuk. Masih ada beberapa pohon besar di area belakang karena berada di bantaran Sungai Cikapundung. Ada yang berupa cafe, distro, atau sekadar panggung untuk nongkrong menikmati sore hari.

cafe jurnal risa

Gang-gang kecil di samping Cafe Jurnal Risa. Cocok buat yang suka eksplorasi kawasan sambil jalan kaki, sumber: garis.my.id

 

area belakang cafe jurnal risa
area outdoor cukup luas di belakang

Hidden Gems masuk dulu melalui gang kecil, sumber: garis.my.id

Jalan Braga juga dikenal dengan festival-festival dan event-event yang kerap diadakan di sana, menarik minat pengunjung lokal maupun internasional.

Awal bulan Mei 2024, pemerintah kota Bandung menetapkan jalan Braga bebas kendaraan mobil dan motor pada hari Sabtu dan Minggu. Program Braga Free Vehicle (Braga Bebas Kendaraan) diujicoba kan pada 4-5 Mei 2024, dengan istilah “Braga Beken” (bebas kendaraan).

jalan Braga vehicle free

jalan Braga Beken (bebas kendaraan), Mei 2024

Minggu ini memasuki pekan ketiga dan sepertinya masyarakat antusias dengan kebijakan baru ini.
Apalagi di sepanjang jalan Braga mulai dari penggalan jalan Naripan hingga jalan Lembong yang merupakan pusat pertokoan juga diadakan atraksi budaya.
Untuk itu pemerintah kota Bandung menetapkan beberapa kantong-kantong parkir di sekitar jalan Braga, yaitu:

Daftar Lokasi Parkir On Street Pengunjung Braga Free Vehicle:
1. Jl. Braga Pendek
2. Jl. Cikapundung
3. Jl. ABC
4. Jl. Terusan Naripan
5. Jl. Braga (Setelah Rel)
6. Jl. Viaduct

Daftar Lokasi Parkir di Aset Pemerintah dan Swasta:
1. Area parkir Balai Kota Bandung Jl. Wastukancana Area parkir Taman Dewi Sartika
2. Area parkir Dinas SDA Jabar Jl. Braga
3. Area parkir Bank BJB Pusat Jl. Naripan
4. Area parkir Bank Bandung Kota Bandung
5. Area parkir Dinas Bina Marga Jabar Jl. Asia Afrika
6. Area parkir Gd. Keuangan Negara Jl. Asia Afrika
7. Basement alun-alun
8. Area parkir kantor pos belakang
9. Area parkir Jl. Cikapundung
10. Area parkir Eks Matahari

Penutup

Jalan Braga bagi kota Bandung tidak hanya sekadar sebuah jalan, tetapi juga simbol sejarah dan perkembangan kota Bandung dari masa ke masa. Sebagai salah satu landmark kota, Jalan Braga terus menjadi saksi bisu dari perjalanan waktu dan perubahan yang terjadi di sekitarnya. Akhir-akhir ini memang pesona Jalan Braga menyurut seiring tumbuhnya mal-mal dan pusat perbelanjaan yang menawarkan one-stop shopping.

Ketika pemerintah daerah kota Bandung sejak bulan Mei 2024, setiap hari Sabtu dan Minggu, menetapkan jalan Braga Bandung menjadi jalan bebas kendaraan, menjadi tujuan baru bagi warga kota Bandung yang ingin menikmati jalan kaki tanpa terganggu seliweran kendaraan bermotor.

Maka, sudahkan kalian merasakan jalan-jalan di sepanjang jalan ini, untuk merasakan kilas balik seperti noni-noni Belanda yang window shopping?

Yuk ke Braga…

Artikel ini disertakan dalam “Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog” bulan Mei 2024 dengan tema Perbandingan (Versus)

banner

Sumber:
https://www.detik.com/jabar/wisata/d-7055881/sejarah-jalan-braga-bandung-dan-5-hal-menariknya-yang-perlu-kamu-tahu
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2021/10/09/gedung-merdeka-bangunan-kolonialisme-hingga-jadi-tempat-persatuan-asia-afrika

18 pemikiran pada “Jalan Braga Bandung, Zaman Dulu VS Masa Kini”

  1. Wow Teh Hani. Per Mei ini tiap weekend, Braga car free day. Ini seperti yang aku impikan ehehehe. Enak banget ini pasti buat jalan jalan dan ngopi syantik di situ.

    Balas
  2. Wow impianku jadi kenyataan. Insyaallah liburan idul adha mau coba.
    Teh Hani dulu pas kuliah sering banget ya jalan Braga dijadikan contoh kawasan bangunan kolonial hingga ke alun-alun Bandung.
    Sayangnya di balik jalan ini masih slum area.

    Balas
  3. Aku pernah ke Bandung. Lupa sih waktu itu ada acara apa. Cuma, memang aku ingat sempat jalan-jalan di jalan Braga dan berakhir mengunjungi Museum Asia-Afrika.

    Oh iya, sempat juga ikut tour keliling pake kendaraan apa itu. Seru banget.

    Balas
  4. Saiyah mah kalo ke Braga gemes banget sama jalannya. Aspal diganti batu, tapi kendaraan tetap lewat. Kalau memang pake batu, mestinya bebas kendaraan bukan cuma Sabtu-Minggu.
    Maap, numpang ngomel, haha!

    Balas
  5. Setuju banget BRAGA itu lebih tentang sejarah. Bukan hanya wisata dan kuliner yang sekarang bertebaran di setiap sisi. Semenjak BEKEN, saya bersengaja balik beberapa minggu yang lalu dan merasakan situasi nyamannya saat tidak ada kendaraan. Khususnya sederetan motor yang terparkir panjang banget. Bikin “rusak mata” dan area foto jadi terbatas.

    Kok ya pas ya hahahaha saya juga lagi menyusun naskah tentang pengalaman beberapa kali ke Braga. Dan tulisan ini, khususnya tentang sejarahnya, bisa menjadi referensi yang apik.

    Balas
    • Hehe abis dari Pasar Cihapit sekarang saya diajak Mbak Handayani buat ke Braga. Ternyata sejak jaman kolonial, Braga udah jadi tempat yang vital untuk bisnis ya. Jadi makin tahu deh.

      Balas
  6. ternyata ada hidden gems di Braga? Wah harus kesini nih

    selama ini kalo ke Braga saya berlama-lama ke toko-tokonya

    artistik banget sih. Dan membayangkan noni-noni Balanda yang berjalan-jalan di sini trus kulineran di Canary Bakery atau di Sumber Hidangan ^^

    Balas
  7. Jl Braga tuh memang nyeni banget ya sejak dulu kala, plus sekarang jadi spot foto prewed pula tuh kayanya fav warga bandung dan sekitarnya hihihi

    Balas
  8. Kalau diingat² sepertinya daku belum sempat berkunjung ke Jalan Braga ini tatkala ke Bandung.
    Pankapan ke Bandung lagi tempat sepupu, boleh deh nih singgah. Seneng soalnya melihat perkembangan jalan Braga yang punya rekam jejak akan sejarah disini ya

    Balas
  9. Wuiihhhh, asyik banget liat jalan Braga bebas kendaraan, jadi lebih nyaman dan bisa bebas explore tanpa campur kendaraan.
    Btw, sejarah jalan Braga ini menarik banget ya 🙂

    Balas
  10. VT-ku beberapa kali kelewatan mengenai sejarah bangunan kota di Bandung, dimana banyaaaak sekali peninggalan bangunan Belanda, yang pada waktu itu adalah arsitek terbaik. Bangunannya tahan lama dan yang pasti membawa kemajuan pada masyarakatnya.
    Jadi pada komen di vt tuh yang aku inget adalah “Aku semakin yakin bahwa dulu kolonial Walanda dateng ke tanah Sunda bukan buat menjajah, tapi buat investasi.”

    Ini aku jadi mikiirr.. karena sedalem itu yang mereka tinggalkan selama 350 tahun di Indonesia.

    Termasuk Braga yang nyaman banget hingga saat ini untuk dijadikan tempat jalan-jalan.
    Gedung dan estetika tidak menjadikan kita menapaki jauh ke masa depan. Tapi urang Sunda tetap menjadi orang yang sederhana.

    Balas
  11. Suka banget dengan tempat-tempat seperti jalan Braga Bandung yang menjadi jalan bebas kendaraan di hari weekend. Jadi pas jalan-jalan ma anak-anak tuh terasa jadi lebih nyaman dan tenang.

    Balas
  12. Bandung adalah kota sejuta kenangan untukku, salah satunya Braga. Di sini pernah nongkrong bareng sama temen, nonton pagelaran dll. Aaahhh kangeeeennnn!

    Balas
  13. Salah satu spot wajib buat foto2 klo main ke bandung ya ke braga ini. Ternyata dri dlu emang dah estetik yaa, emang bangunan peninggalan jaman Belanda tuh ga lekang waktu, klo di Semarang namanya kota lama.

    Balas

Tinggalkan komentar