Belum banyak yang tahu letak tepatnya Likupang, sebuah destinasi wisata super prioritas yang ditetapkan oleh presiden Joko Widodo, bulan Desember 2019 yang lalu. Likupang, terletak di Kabupaten Minahasa Utara – Sulawesi Utara, merupakan destinasi wisata super prioritas kelima, setelah Danau Toba (Sumatera Utara), Borobudur (Jawa Tengah), Mandalika (NTB), dan Labuan Bajo (NTT). Setelah penetapan destinasi wisata prioritas maka pekerjaan rumah besar menanti pemangku kepentingan di wilayah tersebut.
Seperti halnya banyak destinasi wisata di Indonesia, masih mengandalkan pada potensi kekayaan alamnya. Demikian pula yang terjadi pada Likupang, dengan pantainya yang jernih, serta laut biru yang tenang dilingkung oleh pulau Talisei dan pulau Bangka. Wisata alam Likupang berupa pantai, bukit, goa, dan ekowisata berupa pemandangan bawah laut dan terumbu karang yang berpotensi menjadi tujuan para penyelam.
Potensi Ekonomi Kreatif pada Sektor Wisata Likupang
Menyimak paparan Kepala Dinas Pariwisata Kab Minahasa Utara (Minut), Audy F. Sambul, S.Sos, dari 16 subsektor ekonomi kreatif, Minut fokus pada meningkatkan pada 7 sektor. Tujuh sektor tersebut adalah: kriya, fashion, senirupa, fotografi, musik, seni pertunjukkan, dan kuliner. Peningkatan sektor ekonomi kreatif berkaitan pula dengan produk domestik regional brutto yang didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan, perikanan. Minut kaya akan produk tanaman kelapa dan turunannya, yang sudah dikembangkan menjadi produk kriya, senirupa, maupun kuliner.
Pengembangan suatu destinasi wisata tak lepas dari aspek pendukungnya yaitu atraksi, aksesibilitas, amenitas, dan layanan tambahan. Atraksi di Minut diprioritaskan pada wisata alam di Pantai Pulisan, Pantai Paal dan Pulau Lihaga, sebuah pulau tak berpenghuni seluas kurang lebih 8 hektar. Atraksi lainnya adalah atraksi buatan yang merupakan Situs Waruga Sawangan yang tersebar di beberapa tempat di Minahasa Utara. Jejak peninggalan purbakala berupa waruga (makam leluhur Minahasa) ini sekira 1000-an buah, sehingga diusulkan untuk menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO sejak 1995.
Akesibilitas untuk mencapai Likupang sekarang sudah ada jalan tol Manado-Bitung sepanjang 39 km, sehingga memperpendek waktu tempuh. Kemudian perluasan bandara internasional Sam Ratulangi, Manado dan pembangunan pelabuhan Bitung sebagai pintu gerbang ke Minut dari arah Timur. Adapun amenitas meliputi akomodasi, restoran, agen wisata, fasilitas kesehatan, keamanan, dan perbankan. Sedangkan layanan tambahan yang cukup penting adalah sumber daya listrik dan jaringannya, kemudian juga jaringan internet yang perlu diperkuat layanannya.
Asas Keberlanjutan Wisata Likupang
Sejak adanya pandemi CoviD-19, sektor pariwisata termasuk ekonomi kreatif paling terkena imbasnya. Hampir semua destinasi wisata tertutup bagi wisatawan untuk memutus rantai penyebaran virus ini. Namun setelah enam bulan berlalu, mulai diberlakukan adaptasi kebiasaan baru dalam segala hal, tentunya dengan tetap memerhatikan protokol kesehatan ketat. Pemerintah melalui Kemenparekraf pun mulai membolehkan membuka obyek wisata sejak Juli 2020 dengan mencanangkan program BISA (bersih, indah, sehat, dan aman). Langkah-langkah penerapannya di lapangan adalah dengan mengurangi jumlah wisatawan hingga 50%-nya, mencek suhu tubuh wisawatan ketika masuk kawasan, menyediakan spot-spot untuk cuci tangan dengan air mengalir, serta mewajibkan semua orang memakai masker.
Tahun 2021 rencananya pemerintah akan menggenjot sektor wisata terutama di destinasi super prioritas sebagai target pemulihan pariwisata di Indonesia. Untuk Likupang sendiri telah terbit masterplan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Likupang dan telah menjadi bagian dari RTRW Provinsi Sulawesi Utara tahun 2014-2034. Secara detail pada masterplan KEK yang terletak di kawasan Tanjung Pulisan ini akan mengembangkan kawasan resor terbagi menjadi resor premium dan menengah, serta kawasan komersial meliputi pertokoan, butik, restoran, amphiteater, dan perkantoran. Dilengkapi pula dengan fasilitas hiburan dan pelayanan umum meliputi: desa wisata, klinik/ rumah sakit, dan fasilitas hiburan. Sisa dari kawasan seluas 197,4 Ha ini juga dilengkapi dengan perumahan, ruang terbuka hijau, dan danau.
Pengembangan wisata suatu daerah selalu ada dua sisi mata uang, ada positif dan negatif. Di satu sisi meningkatkan pendapatan daerah dan devisa negara, tetapi sisi lain ada dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial masyarakat. Bila tidak dikendalikan akan berdampak destinasi wisata tersebut menjadi menurun daya tariknya. Untuk keberlanjutan pariwisata di destinasi super prioritas Likupang, maka perlu dilakukan langkah-langkah berikut:
1.Pelestarian Lingkungan
Terumbu karang merupakan biota bawah laut yang sangat sensitif bila ada kekerasan pada lingkungannya. Rusaknya terumbu karang bisa jadi disebabkan oleh penyelam yang menginjak atau memegang terumbu hanya demi untuk berfoto. Oleh sebab itu harus selalu ada pengawasan di wilayah-wilayah yang rentan rusak.
2.Pengendalian Sampah
Sampah plastik merupakan masalah semua bangsa, termasuk Indonesia. Sekarang ini sudah ada upaya pengendalian sampah dengan melibatkan warga setempat dan mendaur-ulang menjadi biji plastik yang bisa dimanfaatkan kembali. Pengendalian sampah justru menambah kepercayaan warga dunia bahwa Minut serius mengembangkan ekowisata sebagai langkah keberlanjutan.
3.Penguatan Sektor Informal
Hasil penelitian dari akademisi ternyata ada temuan, sektor informal kurang diminati oleh warga lokal sebagai sumber matapencaharian. Padahal pariwisata didukung banyak oleh sektor informal ini, apalagi yang berkaitan dengan subsektor ekonomi kreatif. Perlu langkah-langkah nyata yang melibatkan ABCG agar sektor informal warga setempat tertarik bekerja di sektor informal.
Kesimpulan
Asas keberlanjutan ini sangat penting mengingat banyak tempat-tempat wisata yang semula booming kemudian menurun daya tariknya karena tidak terawat dan rusak oleh tangan manusia. Sebaik-baiknya warga Indonesia adalah bersama jaga Indonesia, seperti yang disampaikan oleh Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf, Hari Santosa Sungkari.[Tri Wahyu Handayani]