Kalau teman-teman jalan-jalan ke Bandung, jangan lupa mengunjungi Grey Art Gallery, di jalan Braga no 47, Bandung. Letaknya mudah dicari, pas banget seberang pertigaan dengan jalan Kejaksaan.
Jalan Braga sendiri merupakan jalan bersejarah di kota Bandung. Letaknya tak jauh dari Alun-alun Bandung dan jalan Asia-Afrika.
Dulu, zaman pemerintahan Hindia Belanda, atas perintah Gubernur Jenderal Daendels, dibangun jalan Raya Anyer-Panarukan sepanjang 1000 km. Sepenggal jalan tersebut tidak seluruhnya menyusuri pantai utara pulau Jawa, tetapi belok dulu dari Cimahi, ke kota Bandung, kemudian lanjut ke Cirebon.
Nah, penggal jalan tersebut melalui kota Bandung dari barat ke timur, bernama jalan Raya Pos. Ya karena waktu itu kan tujuan dibangun jalan tersebut adalah sebagai jalur pos. Sekarang namanya jalan Jenderal Sudirman, nyambung jalan Asia-Afrika, lalu jalan Jenderal A.Yani.
Banyak bangunan heritage yang eksotik terletak di pusat Kota Bandung terutama di Jalan Asia Afrika dan Jalan Braga seperti Hotel Preanger, N. I Escompto M.I.J, Nedhandel NV, Savoy Homann Hotal, Gedung Denis, De Majestic, Museum Konferensi Asia Afrika atau yang dulunya disebut Societeit Concordia, Gedung Merdeka, Warenhuis De Vries, dan masih banyak lagi.
Pas pertigaan Gedung Merdeka inilah mulainya jalan Braga dari selatan lalu ke utara melewati rel kereta api menuju Balai Kota.
Sebagai jalan yang menghubungkan antara selatan dan utara kota Bandung, maka jalan Braga menjadi pusat bisnis, sejak zaman Belanda hingga sekarang.
Desainnya merupakan rumah-toko dua lantai, artinya lantai dasar untuk toko atau kantor, sedangkan lantai dua untuk rumah. Sekarang sebagian besar merupakan fungsi bisnis dan perdagangan.
Sejarah Gedung Jalan Braga no 47 Bandung
Braga diambil dari nama perkumpulan Tonil “Braga” yang didirikan Pieter Sijthoff pada 18 Juni 1882 di sana. Jalan pedati berlumpur “Karrenweg” (artinya jalan pedati) menghubungkan rumah gudang kopi (Koffie Pakhuis) milik Andries de Wilde dengan jalan raya pos (Groote Postweg). Menilik beberapa foto lama yang saya peroleh, gedung Grey Art Gallery merupakan gedung lama yang alih-fungsi dan direnovasi menjadi galeri seni.
Gedung ini dulu adalah gedung N.V. Hellerman, merupakan toko pertama yang di bangun di Bragaweg atau jalan Braga, ini merupakan toko senjata api milik C.A. Hellerman. Toko yang berdiri tahun 1894 itu juga menjual bermacam-macam kereta kuda, sepeda, dan bengkel reparasi senjata api.
Plakat yang terpasang di dinding luar galeri tertera bahwa gedung ini dilindungi oleh Perda no 7/2018 sebagai bangunan cagar budaya di jalan Braga no 47-49-51, dibangun tahun 1930, dan arsiteknya tidak diketahui.
Grey Art Gallery
Pintu masuk dan ruang depan Grey Art Gallery
Ada dua buah galeri yang menempati gedung jalan Braga no 47, Bandung ini, yaitu Grey Art Gallery dan Gold Bricks.
Begitu masuk ke gedung kalian membayar tiket masuk senilai Rp20K yang bisa dibayar melalui QRIS. Kemudian diarahkan ke kiri mengamati ruang depan yang menjual berbagai merchandise dan dipamerkan juga karya-karya seniman.
Di ruang dalam lurus, sebelah kiri ada café, tempat menjual kopi dan meja bar serta beberapa kursi. Lurus ke dalam terdapat ruang galeri utama. Ruang galeri utama cukup luas, kurang lebih, 8×8 m persegi. Karya-karya yang dipamerkan dipajang sekeliling dinding dan beberapa box-box untuk memajang karya yang tidak bisa digantung. Bagian tengah ruang dibiarkan kosong. Ada beberapa bangku untuk duduk.
Bagian ruang kosong ini bisa sewaktu-waktu dipakai sebagai seminar atau sharing menghadap ke dinding di ujung ruang agak naik yang bisa sebagai panggung.
Foto panorama ruang pamer utama Grey Art Gallery, Bandung
https://www.instagram.com/p/CuPN1aTP_lq/
Gold Briks
Setelah puas menikmati karya seni di ruang galeri utama, di sisi kanan ada pintu menuju rubanah (ruang bawah tanah/ basement). Di sinilah galeri berikutnya bernama Gold Bricks. Kalau dari foto instagram seolah dindingnya terbuat dari bebatuan berwarna abu-abu. Tapi sebetulnya hasil rekaan sehingga mirip batu.
Turun ke bawah ada ruang pamer yang cukup luas. Seluruh dinding hingga ke plafon dicat/diolah sehingga mirip dinding batu berwarna abu-abu. Ada dua ruang di rubanah, yang satu berdinding “batu”, satu lagi berwarna coklat mulai dari lantai hingga plafond berbentuk lengkung.
Ruang pamer Gold Bricks, ruang basement, jalan Braga no 47, Bandung
Ruang pamer Gold Bricks
Ruang coklat ini berupa lorong dengan kolom-kolom di tengah, sehingga membentuk dua ruang bersebelahan. Jadi kalian bisa melihat menyusuri ruang untuk melihat karya-karya yang dipamerkan. Ada ruang lagi naik sedikit di kanan, adalah ruang kantin kecil dan ruang duduk-duduk. Ruangannya cukup lega, cocok untuk duduk ngobrol membahas seni atau mungkin politik.
Setelah puas menikmati karya-karya para seniman di Gold Bricks, saya pun kembali ke atas ke lantai dasar.
Apakah perjalanan saya sudah selesai?
Ternyata belum. Masih ada ruang pamer lagi di lantai dua. Tangganya ada di samping café kecil ketika awal saya masuk. Bebas sih kalau kita ke galeri. Mau ke lantai dua dulu, atau ke basement dulu.
Ruang Lantai Dua
Di lantai dua gedung Grey Art Gallery ini, ada ruang seluas 5×5 m persegi, kemudian naik kira-kira satu meter ada ruang pamer lagi. Dari ruang pamer di lantai atas ini ada jendela yang terbuka menghadap ke jalan Kejaksanaan.
Ruang pamer di sini tertata rapi, ada panel-panel di tengah ruang untuk memamerkan karya para seniman. Rata-rata karyanya berupa lukisan manual maupun digital berukuran kecil dan apik.
Ruang pamer di lantai 2 Grey Art Gallery, Bandung
Penutup
Mengunjungi sebuah galeri adalah untuk menikmati dan menghayati karya para seniman yang berpameran di sana. Untuk itu ada berbagai ketentuan yang perlu kalian perhatikan:
- Tidak memegang atau menyentuh karya
- Berfoto seperlunya. Ada beberapa karya bahkan dilarang untuk difoto, untuk menghargai hak cipta sang seniman
- Tidak berisik dan mengganggu ketertiban
- Tidak membuang sampah
- Dilarang membawa makanan dan minuman
Nah, habis ini mau ke galeri mana lagi nih?
Semoga bermanfaat.
Sebagai penikmat seni dan museum, aku seneng banget kalau tiket masuknya tuh bisa dibeli secara online. Atau minimal bisa sibayar via QRIS kaya Grey Art Gallery ini, mbak. Biar tinggal tap, tap, tap doang. Selesai. Menarik banget sih kataku nuker tiket masuk seharga 20rb dengan pengalaman bereliling tempat sekece Grey Art Gallery ini. Apalagi kalau lagi nggak ramai kaya di foto. Berasa kayak milik sendiri.
Aaaa keren banget Teh Hani liputannya 😍👍. Saya jadi tahu tentang GREY dan membuat saya pengen segera berkunjung. Apalagi lokasinya di Braga pula, vibe vintage a la masa kolonial Belanda sangat terasa.
Waktu ke Braga beberapa bulan yang lalu, saya sempat melirik Grey Art Gallery ini. Tadinya pengen masuk tapi gak jadi karena waktu yang terbatas. Saya harus pergi ke tempat lain. Membaca ulasan ini jadi pengen balik lagi ke Braga dan menelusur Grey Art Gallery yang ternyata seindah itu. Banyak sudut memorial yang harus saya nikmati dan tuliskan. Fix. Mau balik lagi deh ke Braga.
Tiket masuknya terbilang ramah dikantong y kak. Keren banget Grey Art Galeri ini. Yg jd pertanyaan sy foto menuju rubanah itu, seolah menggambarkan apa kak? Aku dr td melihatnya spt paru2/kepala org yg dibelah setengah gitu/spt gajah. Itulah seni ya. Bisa digambarkan dr berbagai sudut pandang. Keren lah Grey Art ini. Insyallah bisa mampir ke sini jg.
Anakku pecinta museum dan seni. Tiap diajak mau ke wisata mana, selalu pilih museum. Terakhir ke galeri seni milik Nyoman Nuarta di Bandung. Kapan2 klo ke bandung rasanya kudu mampir ke Grey Art Gallery
Insha Allah nanti saya juga pengen bangetlah kalo pas Ke Bandung bisa mampir ke tempat wisata edukasi dari rekomendasi kak Hani di atas. Makasih lho atas tulisannya yang keren ini 🙂 love
Ibu hatur nuhun udah bawa saja jalan jalan memasuki gedung galeri yang jika tanpa membaca artikel ini belum tentu saya bisa “memasukinya”
Saya sering ke Braga, Merdeka tapi ya cuma jalan main aja. Gak seperti ini masuk ruangan penuh karya seni yang sangat mengagumkan…
Dua kali ke Braga semuanya waktunya sempit bangeet… padahal banyak bangunan ikonik dan fotoable yang sayang dilewatkan. Ga tau apakah ada kesempatan lagi berkunjung ke Bandung, saya mau puas2in main Braga deh…
Ya ampun sering lewat, tapi gak tau tentang Grey Art Galery
selama ini kalo mau lihat pameran cuma ke Naripan
Ke sini ah kalo ke Braga, supaya gak sekadar lewat 😀
Sepertinya saya belum pernah nih mbak menikmati Jl. Braga, seringnya cuma numpang lewat aja hehe. Moga dalam waktudekat bisa ke sana trus mampir juga ke Grey Art gallery. Tiket masuknya juga cukup murah ya. Kalau anak2 gtu bayarnya sama gak ya tiketnya?
Sudah lama gak mbolang ke Bandung nih… Bisa dimasukkan wishlist nih Grey Art gallery… Tempatnya bener-bener beda namun tetap nyaman. Sebagai penikmat seni, berasa di surga nih…. Makasih mbak lipuannya… ciamik!
Kalau melihat ruang kosong dan paerannya, memang cakep nih misalnya ada kegiatan atau workshop dilakukan di sana ya kak, karena bisa sekalian juga pepotoan di galery art ini
Wah wah, sering lewat aku ke sana. Tapi gak pernah mampir ke dalamnya. Nanti kalo lewat lagi, kudu masuk nih. Suka deh dengan suasana dan objek-objeknya. Bikin inget masa SMA dan masa kuliah yang rajin banget main ke galeri art gitu.
Wah, para pecinta seni akan senang kalau bisa berkunjung ke Grey Art Gallery ini ya mbak
Bisa menikmati keindahan seni yang ada di sana
braga gak pernah habis cerita. selalu aja ada spot istimewanya.
aku belum pernah sih masuk museum seninya sebenernya. kadang kalo ke braga berasa ada aja yang baru nemu gitu hihi..
main kesana ah nanti minggu