Hari Pendidikan Nasional di tengah Pandemi CoViD-19

Mungkin di antara kita tidak ingat bahwa hari ini tanggal 2 Mei 2020 adalah Hari Pendidikan Nasional. Biasanya saya upacara di lapangan Kantor Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah IV Jawa Barat dan Banten (LLDikti IV). Umumnya upacara ASN ya menyanyikan lagu Indonesia Raya, seingat saya ditambahkan dengan lagu-lagu perjuangan, pidato dari Menteri Pendidikan Nasional yang dibacakan oleh Koordinator LLDikti IV. Hari Pendidikan Nasional tahun 2020 tahun ini berbeda, karena di tengah pandemi CoViD-19, kami harus di rumah semua. Kebetulan pula tanggal 2 Mei 2020 jatuh hari Sabtu, serasa libur saja.

Sejarah Hari Pendidikan Nasional

Sebenarnya kenapa HarDikNas ditetapkan tanggal 2 Mei 2020 adalah bertepatan dengan hari lahir Ki Hadjar Dewantara, pahlawan pendidikan nasional Indonesia. Beliau dilahirkan di Pakualaman, 2 Mei 1889. Ki Hadjar Dewantara yang bernama asli Raden Mas Soerjadi Soerjaningrat adalah penggagas semboyan:

Ing Ngarso Sung Tulodo
Ing Madyo Mangun Karso
Tut Wuri Handayani

yang artinya: “Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan”.

Perjuangan Ki Hadjar Dewantara diawali dari ketidaksetujuan beliau atas kebijakan Belanda dalam memberlakukan pendidikan di Indonesia. Sebagai penjajah, Belanda membagi sistem pendidikan menjadi 4 karakter utama, yaitu:

1 – dualistis-diskriminatif yang berarti sekolah akan dibedakan untuk anak pribumi, anak Belanda dan Tionghoa, dan akan dibedakan juga berdasarkan bahasa pengantarnya;

2 – gradualis, sistem sekolah di Indonesia dikembangkan sangat lamban, karena bangsa penjajah tidak ingin pribumi lebih pintar dari mereka. Akan dibutuhkan waktu 100 tahun untuk Indonesia jika ingin memiliki sistem pendidikan yang lengkap mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi;

3 – konkordansi, yang artinya kurikulum dan sistem ujian disamakan dengan yang ada di sekolah negeri Belanda;

4 – pengawasan yang ketat, pribumi yang mengenyam bangku pendidikan akan diawasai dengan sangat ketat karena nantinya mereka akan diarahkan untuk semakin mendekati dan mengikuti budaya Belanda.

Ki Hadjar Dewantara melalui tulisan-tulisannya sebagai jurnalis memrotes kebijakan penjajah tersebut, yang menyebabkan beliau diasingkan ke pulau Bangka bahkan ke negeri Belanda. Sekembalinya beliau ke Indonesia, beliau mendirikan perguruan Taman Siswa. Sebuah pendidikan yang mengadopsi berbagai metode yang ada di luar negeri, seperti Montesori, Frobel, dan lain-lain, disesuaikan dengan budaya dan karakter anak-anak Indonesia.
Semboyannya tersebut benar-benar mencerminkan karakter guru di kala itu, sebagai teladan, membimbing dan memberikan dorongan agar murid-muridnya senantiasa percaya diri untuk maju.

Hari Pendidikan Nasional #dirumahaja

Sudah sebulan ini semua jenjang pendidikan dari tingkat PAUD, SD hingga Pendidikan Tinggi melakukan pembelajaran dari rumah. Guru dan dosen pun melakukan pengajaran dari rumah. Berbagai kebijakan susul menyusul karena adanya pandemi ini.

1 – Ujian Nasional 2020 Ditiadakan

Ketetapan tidak ada Ujian Nasional 2020 diumumkan akhir Maret 2020. Bersamaan dengan itu muncul masalah baru yaitu penetapan kelulusan, menunggu ijazah, dan keputusan melanjutkan sekolah. Semua harus dikoordinasikan dengan baik. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya walaupun segalanya sudah dicoba dengan pendaftaran secara daring, tetapi sekolah-sekolah tujuan masih terbuka. Sementara tahun 2020 ini semua sekolah tingkat PAUD hingga pergururan tinggi statusnya adalah ditutup. Bahkan untuk masuk ke kampus harus ada surat izin dari Rektor, terutama untuk kota-kota yang menerapkan PSBB.

2 – Sistem Pembelajaran Jarak Jauh

Berbagai ikhtiar tetap melaksanakan program belajar pengajaran dengan sistem PJJ (pembelajaran jarak jauh) dengan berbagai metode. Ada yang memakai software Zoom, Google Classroom, Google Meet, grup WhatsApp, dan cara-cara lain. Semua dilakukan karena adanya ketentuan menjaga jarak dan mencegah kerumunan untuk memutus mata rantai penyebaran virus CoViD-19. Sudah sedemikan diatur, bahkan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan berbagai rambu-rambu, tetap saja penderita CoVid-19 meningkat.

Belajar dari CoViD-19

Oleh sebab itu secara khusus KeMenDikBud juga mengangkat “Belajar dari CoViD-19” sebagai tema HarDikNas 2020. KeMenDikBud menyelenggarakan upacara bendera peringatan HarDikNas secara virtual guna mematuhi protokol kesehatan.

Dalam pesannya, MenDikBud, Nadiem Anwar Makarim mengajak semua insan pendidikan di Tanah Air mengambil hikmah dan pembelajaran dari krisis CoViD-19.

“Belajar memang tidak selalu mudah, tetapi inilah saatnya kita berinovasi. Saatnya kita melakukan berbagai eksperimen. Inilah saatnya kita mendengarkan hati nurani dan belajar dari CoViD-19,” pesan Mendikbud Nadiem.

“Dari krisis ini kita mendapatkan banyak sekali hikmah dan pembelajaran yang bisa kita terapkan saat ini dan setelahnya. Mendikbud menyampaikan, melalui situasi saat ini, untuk pertama kalinya guru-guru melakukan pembelajaran melalui daring menggunakan perangkat baru dan menyadari  sebenarnya pembelajaran bisa terjadi di mana pun. Begitu juga dengan orangtua, untuk pertama kalinya menyadari betapa sulit tugas guru mengajar anak secara efektif dan menimbulkan empati kepada guru yang tadinya mungkin belum ada. “Guru, siswa, dan orang tua sekarang menyadari bahwa pendidikan itu bukan sesuatu yang hanya bisa dilakukan di sekolah,” tegas Nadiem.

Tantangan Bagi Guru-Dosen dan Murid-Mahasiswa

Di tengah pandemi dan pelaksanaan belajar dari rumah yang sudah lebih dari sebulan sertai belum tahu kapan berakhir. Memang tepat seperti yang dipaparkan oleh MenDikBud bahwa kita ditantang untuk inovatif. Bahkan untuk peserta didik tingkat pendidikan dasar dan menengah, orang tua turut kelimpungan bahwa selama ini menyerahkan segalanya ke guru, lalu harus terlibat dan mengawasi PJJ putra-putrinya.

Segala invonasi komunikasi jaringan di Indonesia ini belum merata. Di kota besar saja, rapat atau kuliah dengan Zoom, banyak yang terkendala dengan jaringan internet yang tidak lancar.

Berbeda dengan sekolah dasar hingga menengah, yang kemungkinan masih satu kota antara guru dan murid. Mahasiswa yang kuliah di Bandung, ternyata pulang kampungnya nun jauh di Maluku Utara atau di pelosok Pandeglang. Banyak mahasiswa dari luar kota dan pulau yang merantau kuliah ke Bandung.

Ketika diputuskan bahwa selama pandemi CoViD-19 kuliah dilakukan secara online, banyak para mahasiswa yang pulang ke kampung halaman sejak awal Maret 2020. Bagi saya itu lebih baik, sebelum mereka terpapar lebih jauh di Bandung yang zona merah. Setidaknya di rumah orang tua masing-masing, semua tenang dan terpantau.

Tantangannya adalah setelah 6 minggu berjalan, ternyata ada saja kendala pelaksanaan kuliah online ini. Dalam dua minggu ke depan adalah pelaksanaan Ujian Tengah Semester. Beberapa kampus bahkan akhir Mei sudah melaksanakan Ujian Akhir Semester.

Keluhan membengkaknya pengeluaran kuota internet merupakan keluhan semua pihak, dosen dan mahasiswa. Ada yang sudah menghitung, 40 menit menggunakan Zoom menghabiskan kuota 25Mb. Ditambah juga keterbatasan alat, satu ponsel untuk sekeluarga. Belum lagi mahasiswa yang pulang ke kampung halaman, selain jaringan lup-lep, yang bersangkutan pun tidak mempunyai ponsel android.

Tetap Semangat di tengah Pandemi CoViD-19

Kalau sudah begini jadi ingat lagi semboyan “Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan” tersebut. Bila dulu Ki Hadjar Dewantara tetap semangat melawan penjajah, mungkin di tahun 2020 ini kita juga semangat melawan penjajah dalam bentuk virus.

Bagaimana sebagai dosen harus tetap memberikan penilaian jarak jauh dengan tetap menjaga kualitas materi ajar, ternyata bukan hal yang mudah. Beberapa materi ujian terpaksa diberikan dalam bentuk take home test. Ujian yang biasanya dilakukan di kampus, diganti dengan bentuk penulisan makalah. Tugas baru bagi dosennya untuk mencek plagiat bila bahan-bahan disampaikan dalam bentuk digital. Itupun harus cukup sabar bila materi disampaikan terlambat karena alasan kuota atau jaringan tidak mumpuni.

Sepertinya hal ini bukan terjadi di Indonesia, pendidikan agak terseok-seok di seluruh dunia dan dalam segala bidang.

Walaupun demikian bukan alasan bagi seluruh lini bangsa Indonesia untuk menyerah dan pasrah. Semua harus yakin bahwa kita bisa melawan pandemi CoViD-19 dan tetap berinovasi walaupun kondisi sudah normal kembali.

Setuju teman-teman?

SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

Bandung, 2 Mei 2020

25 pemikiran pada “Hari Pendidikan Nasional di tengah Pandemi CoViD-19”

  1. Emang bener ya Covid-19 ini kayak penjajah. Penjajah yang nggak kelihatan. Tenaga pendidik juga salah satu pahlawan di pandemi gini, semoga semua tetap berjuang dan selalu Tut Wuri Handayani

    Balas
  2. Siapapun gak suka penjajah. Tapi di antara penjajah, saya paling gak suka sama Belanda dan Jepang. Apesnya, dua negara itu lah yang justru paling lama menjajah negara kita. Hahaha. Sempat saya mikir, kenapa gak Inggris aja sih dulu yg bertahan sampai 3,5 abad gitu di Indonesia (pahit-pahitnya nih). Inggris menjajah, tapi menghargai pendidikan. Kalo gak salah Inggris juga sempat di Indonesia 5 tahunan ya. BTW, Selamat Hari Pendidikan Nasional.

    Balas
    • Memang berasa banget bedanya hardiknas kali ini dengan tahun2 sebelumnya. Sampe kalau ditanya ini hari apa tanggal berapa nggatau jawabannya, harus nyontek hp dulu haha.
      Mudah-mudahan cepat selesai ya mba pandemi ini. Gamau dijajah lagi, oleh siapapun itu😭

      Balas
  3. Masih mending yang punya hp dan kuota ya walaupun bakal keluar duit lebih. Lah yang diperdesaan gimana? HIks, semoga akan ada inovasi dari pemerinta untuk bisa menyiapakan planning yang jauh lebih matang jika suatu saat (semoga tidak) terjadi kondisi sejenis dengan kondisi saat ini. AGar semua anak tetap mendapat pendidikan.

    Balas
    • satu hal yg pasti ada pemerataan pengetahuan mengenai teknologi karena dengan situasi saat ini semua pelaku dan pengguna pendidikan harus melek media pembelajaran secara digital. walaupun disana sini ada kendala tetapi sdh ada kemajuan menggunakan perangkat digital untuk pembelajaran pendidikan..hal ini memaksa semua pihak berbenah terutama penyedia jaringan internet

      Balas
  4. hehehe aku lupa malah mbak waktu itu, kalo tanggal 2 diperingati hari pendidikan
    pandemi saat ini bener bener ujian buat guru, mana yang mau kenaikan kelas dan pergantian tahun ajaran baru. semua murid school from home,

    Balas
  5. Semoga musibah yang sedang dihadapi segera berlalu, dengan adanya kejadian seperti ini bisa mendewasakan setiap tenaga pendidikan untuk berinovasi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran

    Balas
  6. Banyak sekali tantangan yang kita rasakan semenjak adanya wabah ini. Belajar dari rumah memerlukan kesabaran yang luar biasa terutama guru dan orang tua. Namun kita tetap berupaya memberikan pembelajaran walaupun belum maksimal. Selamat hari pendidikan Nasional buat kita semua.

    Balas
  7. Semoga para pendidik dan anak didik bisa melewati tantangan ini, dan bisa belajar secara maksimal meski tidak bertatap muka langsung…
    Mudah-mudahan semua selalu semangat dalam menuntut ilmu, ya…

    Balas
  8. Berbagai permasalahan yang hadir di dunia pendidikan di tengah serangan wabah harus tetap menjadikan para orangtua bersemangat dalam mendampingi putra-putrinya belajar. Memang betul bahwa kendala jaringan internet adalah kendala untuk tetap terhubung dengan guru-guru di sekolah. Untuk sementara waktu, menerima materi tertulis dan dipelajari mungkin bisa dilakukan. Dibandingkan tidak sama sekali.

    Pandemik ini mungkin saja masih akan lama atau lebih cepat jika Tuhan berkehendak. Selama waktu itu, semoga kiranya pihak-pihak terkait turut mempertimbangkan untuk kemudahan akses para peserta didik dari daerah. Semangat untuk terus belajar jangan sampai padam.

    Balas
  9. Jadi kali ini “penjajahnya” adalah virus ya Mbak. hehe.
    Belajar kali ini di tengah pandemi covid 19 ini memang hal yang baru buat segala lapisan masyarakat, sangat terlihat tidak meratanya teknologi di Indonesia kalau begini. juga fasilitas yang tak semua sama. Harusnya pemerintah juga cekatan ya dalam mengambil solusi, misalnya tlg subsidi itu kuota internet murid, mahasiswa guru dan dosen hehe.

    Selamat hari pendidikan indonesia juga Mbak Hani.

    Balas
  10. Bagaimanapun teknologi tidak bisa, menggantikan seorang guru. Ada saat2 interaksi di kelas yg gak bisa mungkin bisa digantikan hanya lewat telekonferens. Hari pendidikan paling sedih sepanjang aku jadi guru. Hiks..

    Balas
  11. Setuju, kita semua bisa melawan pandemi ini dan semoga lekas berlalu. Belajar dari rumah itu tantangan banget deh. Selain sinyal internet yang enggak merata apalagi dipelosok, ada juga yang gadgetnya enggak mendukung.
    .
    Aku baru sadar di hari pendidikan nasional kemarin pertama kalinya ibuku enggak berangkat upacara. Biasanya tiap tahun upacara di dekat kantor dinas.

    Balas
  12. Senang baca artikel pendidikan dari dosen yang sudah berpengalaman.
    Bener banget disini orangtua menyadari bahwa tidak mudah menjadi guru.
    Mau tidak mau guru jadi belajar menggunakan teknologi,
    Dan belum ratanya sinyal komunikasi di daerah terpencil,
    Pada akhirnya semua ada hikmahnya,
    Terimakasih bun sudah mengingatkan kembali kisah bapak pendidik Indonesia
    KI Hajar Dewantara

    Balas
  13. Ternyata perjuangan Ki Hadjar Dewantara dalam memperjuangkan pendidikan sangat luar biasa ya. Baru tahu, sangat bermanfaat Mbak tulisannya. Semoga kita bisa mengambil banyak hikmah dari pandemi ini aamiin

    Balas
  14. Saya ingat banget selalu ini k, ing ngarso sung tulodo ing madyo mangun karso dan tut wuri handayani. Saya camkan betul kata-kata itu sangat melegenda dan tertanam di relung hati saya. Semoga saya bisa selalu menerapkannya juga. Majulah pendidikan Indonesia, karena banyak banget anak bangsa yang hebat di negara kita. Merdeka. Selamat Hari Pendidikan Nasional

    Balas
  15. seperti yang lainnya, peringatan hari pendidikan pun menyesuaikan dengan kondisi sebab wabah CoVid-19. Semoga tidak mengurangi pemaknaan pentingnya pendidikan. aamiin

    Balas
  16. Betul gan, pendidikan kita harus terus berinovasi mengikuti perkembangan jaman. Setelah kita semua mengetahui perjuangan dari Beliau, jangan sampai semangat kita kendor dalam meraih ilmu.

    Balas
  17. Pendidikan bener-bener diuji di masa pandemi ini. Malahan kemarin dapat info hasil home learning tidak menentukan kenaikan kelas. Byuh, bayangkan aja effortnya selama ini. GUru ngasih tugas gak tanggung-tanggung bisa sampai sore ngerjainnya. Ternyata hanya kesibukan saja bukan diambil nilai. Udah rame aja komnetra para ortu.

    Balas
  18. udah bukan ajdi pelajar tapi aku turut sedih dgn adanya corona ini dampakhya gede bgt ke dunia pendidikan kak,

    dari ujian gak ada, belajar online, masuk kuliah mundur, bener kan?

    smoga cpt berakhirrrrr corona ini

    Balas

Tinggalkan komentar