Kompleks Arsitektur Bahauddin, Mengenal Sejarah Tarekat Naqsabandiyah di Bukhara

Salah satu tempat yang kami kunjungi ketika menyambangi Uzbekistan adalah Kompleks Arsitektur Bahauddin, sekira 12 km dari kota Bukhara. Sumber informasi di internet ada yang menuliskan The Memorial Complex of Khoja Bakhouddin Naqshbandi atau Bahauddin Naqshband Architectural Complex atau Ensemble of Naqshbandi.

Sebuah kompleks yang terdiri dari beberapa bangunan masjid, madrasah, kanqah (asrama), mausoleum, dan museum. Dilengkapi pula dengan kolam, taman, dan fasilitas penunjang lain, seperti toko souvenir, dan toilet.

Mengenal Tarekat Naqsabandiyah

Sebelum jalan-jalan di kompleks ini, ada baiknya kita mengenal Bakhouddin Naqshbandi yang cukup terkenal dalam sejarah tokoh-tokoh Islam dunia.

Sayyid Bahauddin an-Naqsyabandi memiliki nama lengkap Sayyid Bahauddin an-Naqsyabandi bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Husaini al-Uwaisi al-Bukhari, dan lebih masyhur dengan sebutan Sayyid Bahauddin an-Naqsyabandi. Ia juga memiliki julukan (laqab) Muhammad al-Bukhari.

Sayyid Baha-ud-Din dilahirkan pada tahun 1318 di desa Qasr-i-Hinduvan (yang kemudian bernama Qashrul Arifan) di dekat Bukhara, yang juga merupakan tempat wafat beliau pada tahun 1389.
Sebagian besar masa hidupnya dihabiskan di Bukhara, Uzbekistan serta daerah di dekatnya.

Dikenal dengan nama Syeikh Naqsyabandi. Dalam kitab ath-Thariqah an-Naqsyabandiyah wa A’lamuha (TNWA, 18-19), namanya dikenal dengan sebutan Syah Naqsyaband.

Naqsyabandi adalah guru spiritual Amir Temur dan telah melakukan haji ke Mekkah sebanyak 32 kali. Filosofinya didasarkan pada prinsip: “Dil ba joru, dast ba kor” (“Hati bersama Tuhan, tangan bekerja”), mengajarkan pada pengikutnya untuk bersikap rendah hati dan menjauhi kemewahan.

Sejarah panjang menempatkan pendekatan ajaran Naqsyabandi disebut sebagai Tarekat. Tarekat merupakan sebuah istilah yang merujuk kepada aliran-aliran dalam dunia tasawuf atau sufisme Islam.

Secara bahasa berarti “jalan” atau “metode”, dan secara konseptual bermakna “jalan kering di tengah laut” ini juga dianggap merujuk kepada sebuah ayat dalam Alquran”:

Dan sungguh, telah Kami wahyukan pada Musa, ‘Tempuhlah perjalanan di malam hari bersama para hamba-hamba-Ku, [dan] buatlah untuk mereka jalan kering di tengah laut’.”

(Q.S. Thāhā [20]: 77)

Tarekat Naqsabandiyah dikenal sebagai salah satu tarekat Sufi dalam Islam Sunni, yang ajarannya tersebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Mereka menekankan pentingnya praktik zikir, meditasi, dan pematuhan terhadap ajaran Islam sebagai cara untuk mencapai kesadaran spiritual yang lebih tinggi dan mendekatkan diri kepada Allah.

Jelajah Sejenak di Kompleks Arsitektur Bahauddin

tampak depan bangunan penerima

Bangunan penerima “Bobi Islom Gate”

Hari menjelang siang ketika kami tiba di lokasi dan merupakan hari terakhir kami di Bukhara, sebelum kembali ke Tashkent, ibukota Uzbekistan, menggunakan kereta cepat.

Waktu itu kami hanya mampir sejenak ke dalam kompleks dan tidak sempat menjelajah ke seluruh bangunan yang ada. Apalagi cuaca di awal bulan Maret itu masih sangat dingin dan berangin, sehingga tidak tahan untuk berlama-lama di luar ruangan. Mengambil foto pun perlu usaha, karena untuk klik layar android, harus melepas sarung tangan. Dan itu dingiiin…

Bagian depan kompleks ini merupakan bangunan penerima bernama “Bobi Islom Gate”. Terpampang di pintu masuk, plakat penjelasan “Architectural Monument Bahouddin Naqshband Complex XIV Century – Object is Under State Protection”.

Terpampang pula poster dreskode yang diharuskan bila ingin mengunjungi kompleks ini.
Selepas bangunan penerima, ada jalan setapak kira-kira selebar 6 m terbuat dari batu alam berwarna krem. Deretan pohon tak berdaun berjajar di tepi jalan setapak yang agak basah karena waktu itu agak gerimis. Sepertinya kalau musim semi atau panas, akan indah dengan deretan pohon yang berdaun rimbun.

Sepanjang jalan setapak ini berdinding susunan krem pucat dan dipasang poster-poster sejarah dan asal-usul Bahauddin Naqshband, peta seluruh kawasan, dan quote-quote ajaran Naqshband.

Antara lain:

“Occupy your heart with Allah and your hands with work”
“Do not let the people to live in hardship, ease their life”
“Our way is conversation, Good deeds are found only in mutual communication but no in seclusion”

Di ujung jalan, sebelah kanan ada semacam pendopo dan ada seseorang yang sedang mengaji. Beberapa jemaah duduk tazim mendengarkan alunan ayat-ayat suci tersebut.

Kami tiba di sebuah pelataran di kelilingi oleh tiga bangunan dengan detail cantik pada kolom, plafond, hingga pintu.

pelataran utama di depan

Terdapat kolam, bangunan kecil, piagam di depan dinding putih setinggi dua meter mirip pagar keliling. Menurut pemandu, di balik pagar putih keliling inilah terletak makam Bahauddin Naqshband, disebut dahma.

Bangunan utama kompleks tersebut adalah khanqah, artinya asrama bagi pengikut sufisme.
Di sebelah barat dari dahma, di halaman terpisah terdapat pekuburan besar, tempat makam ibunya Naqshbandi dan keluarga serta gurunya – Said Mir Kulol.

dahma

dibalik dinding marmer tempat makam Bahauddin Naqshband

Jalan lagi ke arah belakang melalui pintu berukir, terdapat dua buah masjid, yang dibedakan untuk masjid laki-laki dan masjid perempuan.

Di depan bagian depan masjid terdapat menara dan madrasah kecil. Terdapat juga museum, yang menyimpan informasi sebenarnya tentang Sufi dan Sufisme: pakaian Sufi, buku-buku, dan eksposisi lainnya.

 

Kami tidak sempat untuk masuk museum maupun jelajah ke seluruh kawasan, karena cukup luas juga. Ada beberapa taman dan kolam dengan angsa-angsa berenang, bangunan-bangunan lain di kejauhan.

Secara keseluruhan kompleks ini asri dan hening. Entah waktu itu memang belum ada kegiatan belajar atau memang suasana sehari-hari seperti itu, saya belum memperoleh informasi yang lengkap, karena keterbatasan waktu. Tetapi kalau menilik metode ajaran Naqshband adalah melalui zikir, kawasan ini cocok sekali untuk kontemplasi dan mendekatkan diri pada Allah SWT.

area taman dan kolam

area taman dan kolam di belakang

Kami pun sempat berjumpa dengan serombongan ibu-ibu warga setempat yang langsung bungah ketika mengetahui kami Muslimah dari Indonesia.

naqshbandi architecture complex
foto bareng majlis taqlim

Penutup

Berkunjung ke Kompleks Arsitektur Bahauddin membuat saya mengenal lebih jauh sejarah tokoh Muslim, Bahauddin Naqshbandi, yang mengenalkan metode belajar tarekat.

Naqsabandiyah dikenal sebagai tarekat tasawuf, yang menekankan praktik zikir sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Mereka meyakini bahwa dengan melakukan zikir secara teratur, seseorang dapat mencapai kesadaran spiritual yang lebih tinggi.

Di Indonesia, beberapa tarekat mulai berkembang pada abad ke-13 hijriah dan Tarekat Naqsabandiyah memang yang paling luas penyebarannya.

Mengunjungi tempat-tempat bersejarah Islam di belahan dunia lain, membuka mata, bahwa syi’ar Islam mengalami pasang surut dan meninggalkan jejak artefak luar biasa. Kita pun belajar tokoh-tokoh intelektual Muslim yang pemikiran filsafatnya berdasarkan pada Al Quran dan Hadis.

Di Uzbekistan, pada era pemerintahan Uni Soviet, ketika agama apapun ditekan keberadaannya, di masa kini warga bebas melakukan ibadahnya. Tercermin dari sikap warganya yang sangat ramah terhadap sesama Muslim.

di depan bangunan penerima

Semoga bermanfaat.

Sumber:

https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/biografi-singkat-sayyid-bahauddin-pendiri-tarekat-naqsyabandiyah-yioX5
https://www.liputan6.com/hot/read/5418593/tarekat-naqsabandiyah-dan-pokok-ajarannya-ketahui-apa-itu-rukun-enam
https://visitworldheritage.com/en/eu/bahouddin-naqshband-architectural-complex/3eddb97d-d9ab-432b-a5fe-7ecd2e

16 pemikiran pada “Kompleks Arsitektur Bahauddin, Mengenal Sejarah Tarekat Naqsabandiyah di Bukhara”

  1. Pemaparan mba hany rinci banget dari tiap sisi bangunannya. Saya baca aha dah kebayang ada di uzbekhitan. Saya malah jadi kepo seindah apa kolam yang ada angsa berenangnya.

    Balas
  2. Masya Allah megah & unik banget bangunannya mbak khas banget desainnya.
    Allhamdulillah bisa menyambangi sejarah Tarekat di sana mbak, semoga aku juga bisa melihat secara langsung sejarah Islam

    Balas
  3. MashaAllah. Tempat yang hening, bersih, dan indah seperti ini tuh memang cocok ya buat zikir, berkontemplasi, serta mendekatkan diri kepada Allah Subhannahu Wata’ala. Apalagi jika paham dengan rangkaian sejarah yang dihadirkan lewat tulisan dan tentu saja pendamping perjalanan kita. Tidak hanya membahas tentang fisik bangunan (arsitekturnya) tapi juga makna dari pembangunan tempat ini sendiri.

    Uzbek salah satu travel wishlist saya. Semoga Yang Maha Penentu berkenan mengabulkan dan mengizinkan saya menuliskannya seindah artikel yang baru saya baca ini.

    Balas
  4. Emang benar daerah-daerah di Eropa Tengah itu punya banyak sekali keragaman, termasuk dalam ha agama. Thanks ya mas sudah bahas dan jadi kerasa banget pengen jalan-jalan ke Uzbek juga.

    Balas
  5. Mbak Hani saya baca berasa ikut ke sana…Masya Allah semoga nanti diberi kesempatan juga mengunjubgi Uzbek dan singgah ke Kompleks Arsitektur Bahauddin ini.
    Saya pernah sekilas tahu
    Bahauddin Naqshbandi, yang mengenalkan metode belajar tarekat Naqsabandiyah yang dikenal sebagai tarekat tasawuf ini dari tetangga sebelah rumah saat di Pangkalan Brandan

    Mereka sekeluarga penganut tarekat ini bahkan seingat saya juga memasang foto tokohnya dipigura besar di ruang tamu.

    Btw, saya ikut bungah lihat ibuk-ibuk bersebyum cerah sesama muslimah di foto bersama itu.

    Seruuuuu

    Balas
  6. Suka takjub kalau lihat bangunan tua di LN terawat dan bisa dikunjungi ya..jadi bisa buat edukasi mempelajari sejarah di masa lalu apalagi ini berkaitan dengan spiritual keren banget

    Balas
  7. Wow beruntung banget Mbak Hani bisa ke sini

    Awal mengenal tarekat Naqshbandiyah dari televisi yang memberitakan waktu Lebaran mereka berbeda

    Sesudah sering menyimak ngaji filsafatnya Fahruddin Faiz jadi paham tentang perbedaan ini

    Balas
  8. Saya juga senang melakukan jelajah arsitektur bersejarah begini. Perasaan kagum sulit dibendung. Masjid setua ini pasti menyimpan ribuan cerita pula. Saya jadi bertanya-tanya apakah ada masjid tarekat kuno seperti ini.

    Balas
  9. Kemegahan masjidnya dengan arsitektur yang apik memanjakan mata.
    Angle pengambilan gambarnya oke kak, dan juga dukungan cahaya Ilahi jadi serasa hidup

    Balas
  10. MasyaAllah. Setiap sudutnya rasanya diperhatikan dan dibangun detil banget. Terlihat sederhana, tapi elegan. Rasanya bikin betah ada di sana

    Balas
  11. Kirain jamaah itu hanya di Indonesia ternyata mendunia yaa dan jamaah di Indonesia hanya sebagian kecilnya.
    Bangunannya sudah tua tetapi tetap terlihat bahwa pada masanya bangunan ini merupakan pusat belajar keagamaan buat banyak orang.
    Kyknya kalau ke sana butuh waktu seharian karena kompleknya cukup luas yaa.

    Balas
  12. Hanya pernah membaca buku tasawuf, tapi dari penjelasan dan kisah perjalanan ka Hani ke Kompleks Arsitektur Bahauddin, rasanya bismillah.. semoga Islam tetap bersatu teguh, tidak mudah terpecah belah oleh aliran apapun.
    Karena biasanya ada atribut khusus yang mudah dikenali dan ini sudah menjadi ciri khas.

    Barakallahu fiik, ka Hanii..
    Foto-fotonya sangat indah.. dan kisah dibalik betapa effort-nya untuk mengambil satu foto.. mashaAllaa~

    Balas
  13. mashaAllah bagus banget Kompleks Arsitektur Bahauddin ini, apalagi ada taman, ada juga kolam dan angsa-angsa berenang, indah sekali membayangkannya mbak. Keren banget dalam penyampaian bikin kita ikut membayangkan keindahan penjelajahannya di Uzbekistan.

    Balas
  14. Masya Allah indah banget ya, berasa jalan2 langsung dan kepo abis dengan arsitektur-nya. Kalau ke sana aku bakal terkagum-kagum juga nih. Baru tau mengenai Naqsabandiyah jadi mau baca lebih banyak lagi.

    Balas

Tinggalkan komentar