Gedung ini tak terlalu tampak dari tepi jalan yang padat di jalan Dr. Setiabudi Bandung.
Masih lebih menonjol masjid Al Furqon yang tampak megah yang letaknya memang di depan kampus.
Tapi bila Anda turun dari kendaraan umum dan menyusuri jalan masuk utama kampus Universitas Pendidikan Indonesia barulah terasa kemegahan gedung ini, Villa Isola.
Isola dari bahasa Italia, menyendiri atau terpencil.
Gedung ini terletak di lahan seluas 7.5 Ha dan luas seluruh lantai bangunan adalah 12.000 m2 dilengkapi dengan teras, kolam air mancur, kolam teratai, kolam renang, dan taman lansekap yang ditata apik. Awalnya memang pemilihan lokasi di ketinggian ini terkesan menyendiri dikelilingi oleh sawah dan dataran luas.
Bentuk bangunan hampir semua sisinya dilengkapi lengkungan yang merupakan kekhasan bangunan bergaya arsitektur modern streamline. Dirancang oleh arsitek C.J. Wolff Schoemaker tahun 1932 dan selesai dibangun tahun 1933, dikerjakan oleh sekitar 700 orang pekerja konstruksi.
Villa Isola sendiri awalnya adalah sebuah rumah tinggal yang dimiliki oleh D.W. Berretty, seorang pengusaha media yang sukses. D. W. Berretty sesungguhnya lahir di Yogyakarta, berayahkan keturunan Italia Perancis dan beribukan perempuan Jawa.
Ini pertama kalinya saya mengunjungi gedung Villa Isola yang digagas oleh komunitas Historical Trips, sebuah komunitas wisata sejarah dan peneliti obyek-obyek sejarah. Titik kumpul kami di kolam berpatung di sebelah Selatan, yang terletak antara Villa Isola dan Museum Pendidikan Nasional. Ada belasan peserta yang terdiri dari berbagai profesi dan latarbelakang siap mendengarkan penjelasan dari panitia Historical Trips.
Pintu masuk utama ternyata bukan dari sisi Selatan yang terlihat dari jalan Dr.Setiabudi, ternyata dari sisi Utara. Sebuah tulisan Bumi Siliwangi terpampang di lobby depan yang terletak di antara dua tangga lengkung. Dulunya tulisan tersebut adalah M’ Isolo E Vivo, artinya: saya mengasingkan diri dan bertahan hidup.
Misteri itu…
Sebuah misteri pelan-pelan mulai dibagi oleh pemandu Historical Trips, misteri si empunya Villa.
Bagaimana seorang jurnalis yang kariernya di dunia media massa sangat cemerlang, ternyata galau di akhir hidupnya. Villa Isola dirancang dan dipilih di lokasi strategis seperti ini justru dipakai sebagai tempat kontemplasi, mengasingkan dari dari dunia luar.
Denah keseluruhan ada 5 lantai yang secara deskriptif dapat kita lihat di buku Dari Villa Isola ke Bumi Siliwangi satu demi satu. Denah lantai 1 diperuntukkan sebagai lobby, dapur, dan ruang lain. Denah lantai 2 untuk ruang makan, perpustakaan, dan ruang kerja. Denah lantai 3 berfungsi untuk ruang-ruang tidur, ruang pakaian, teras-teras, bahkan ruang untuk pengasuh anak. Kemudian lantai 4 untuk ruang studio dan lantai 5 sebagai roof garden.
Masih ada sebuah ruangan lagi yaitu lantai basement yang merupakan bagian dari dapur dan ternyata dilengkapi dengan terowongan yang menuju ke luar ke arah taman di sisi Selatan. Pada foto-foto lama terlihat sangat jelas adanya terowongan tersebut, tetapi lokasi pintu terowongan tersebut sekarang sudah ditutup dengan susunan batu alam.
Adanya terowongan dan dugaan sebagai bunker menyisakan beragam dugaan, kenapa Schoemaker mendesain fungsi tersebut. Atau paling tidak, kenapa Berretty sebagai klien menginginkan adanya terowongan atau bunker.
Apakah hanya sebagai jalan pintas ke dapur? Ataukah betul-betul untuk bunker, tempat persembunyian saat tak terduga. Apalagi ditemukan berbagai alat perang, seperti bazooka, senjata tajam, dan helm baja, yang kemudian disimpan di Museum Pendidikan Indonesia.
Buku biru cantik ini ditulis oleh Sudarsono Katam dan Lulus Abadi, terbagi menjadi beberapa kelompok pembahasan, yaitu:
Rancang Bangun
D.W. Berretty
Villa Isola
Bumi Siliwangi
Semangat Kembali ke Tempo Doeloe
Villa Isola Karya Monumental
Seperti halnya bangunan-bangunan heritage dan dibangun di era Hindia Belanda pastilah menyisakan berbagai kisah di baliknya. Seperti halnya Villa Isola ini.
Selain kisah pribadi pemiliknya D.W. Berretty yang unik dan tentang proses pembangunan Villa Isola yang membuat decak kagum. Juga menyisakan kisah kematian tragis D.W. Berrety akibat kecelakaan pesawat terbang di gurun pasir Suriah, setahun setelah Villa Isola selesai dibangun.
Sesudahnya adalah perpindahan kepemilikan karena perawatannya yang tak murah. Salah satunya adalah sempat menjadi hotel milik Grand Hotel Homann sekitar tahun 1936. Di masa perang, Villa Isola pernah menjadi markas Hindia Belanda kemudian Jepang. Perang juga yang menghancurkan Villa Isola sehingga perlu waktu yang tak sebentar untuk merestorasi kembali.
Di tahun 1954, Villa Isola akhirnya dibeli oleh Pemerintah Indonesia, dan direstorasi menjadi ruangan kelas untuk lembaga pendidikan. Kira-kira di tahun 2000-an Villa Isola restorasi secara besar-besaran dilakukan oleh Universitas Pendidikan Indonesia kemudian ditetapkan sebagai gedung Rektorat. Semangat restorasi kala itu adalah mengembalikan ke suasana tempo doeloe untuk memperlihatkan nilai desain dan kemonumentalan karya C.J. Wolff Schoemaker. Bangunan ini ditetapkan sebagai bangunan heritage yang dilindungi Undang-undang.
Bandung, 2017
Kampus ku tercinta ini Bu, sayang selama kuliah belum pernah bisa masuk sini huhu kalo suami udah pernah masuk wkwkwk tfs ya
Iya bagus banget. Itupun kami tidak bisa masuk ke semua ruangan, karena kan sekarang dipakai sebagai kantor Rektorat. Foto-foto dari luar saja deh… Makasih ya sudah mampir… 😀
Isola mean isolasi juga ya bu hahaha..gedungnya cakep gini dan baru tau ada di UPI waktu ke UPI ga pernah liat isola bu jadi penasaran hehehe
btw grup Heritage Trips gimana caranya gabung bu?apakah tripnya di Bandung aja apa keluar kota bu?
Teh Herva, saya baru pertama ikut Historical Trips. Ada FB nya, atau inbox ke FB Malia Albinia, salah satu panitianya.
Restorasinya keren dan jadi pengen kesana nih hihi
extraodiary.com
Hayuk atuh…Kalau ada jadwal lagi, silahkan ikutan… 🙂
Bagus banget sumpah. Aku ngebayangin gimana dulu awal bangunan ini berdiri. mesti kelihatan mewah ya. Sekarang aja masih kelihatan kemewahannya, tapi kok serem aja ngeliatnya. Thanks for sharing bu 🙂
Iya, bagus dan kuat. Usia bangunannya kan udh lebih dari 50 tahun…
jadi pengen kesana mengingat latar belakang sejarah bangunannya
Iya…bagus banget koq…
Bangunan cantik ini harus dijaga, makasi ceritanya bu.. suka banget.
Terimakasih yaa…