Bandung Zero Waste Cities Menuju Bandung Bebas Sampah

Sebagai penduduk Bandung, saya ingat betul ketika Bandung yang terkenal sebagai Kota Kembang dan juga mendapat julukan Paris van Java, mendadak sirna. Lalu beralih mendapat julukan Bandung Lautan Sampah. Oleh sebab itu sebuah cita-cita menuju Bandung Zero Waste Cities seolah menjadi target bagi kota Bandung sebagai kota bebas sampah.

Sebuah peristiwa longsornya TPA (tempat pembuangan akhir) Leuwigajah yang didahului dengan suara ledakan, menimbun 2 kampung sekaligus. Kampung Cilimus dan Kampung Pojok harus kehilangan 157 warganya tertimbun longsoran sampah sepanjang 200 m dan setinggi 60 m. Longsoran sampah ini meluncur sejauh nyaris 1 km dari tempat timbunan asalnya.

Akibatnya bisa diduga, kota Bandung kehilangan tempat pembuangan akhir sehingga sampah menumpuk di mana-mana. Saya pun masih ingat di dekat kompleks rumah saya, isi dua kontainer sampah meluber sampai ke jalan. Kita yang lewat jalan kaki di jalan tersebut akan menginjak tumpukan belatung yang tak terkendali.

Upaya Pengelolaan Sampah di Kota Bandung

ikon Kang Pisman

Sejak peristiwa Leuwigajah, akhirnya kota Bandung berangsur-angsur pulih dari masalah sampah setelah mendapatkan TPA pengganti di Sarimukti. Belajar dari peristiwa fatal di Leuwigajah, maka berbagai upaya pun dilakukan di beberapa kelurahan di kota Bandung.
Berbagai upaya dan mengubah perilaku menangani sampah di share di mana-mana. Mulai dari kesadaran mengurangi pemakaian kantong kresek (plastik), pemilahan sampah organik dan anorganik, hingga memanfaatkan sampah menjadi produk berguna.

Salah satu program yang digulirkan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung bersama berbagai organisasi mitra yang diorganisir oleh YPBB di tahun 2013 adalah mengembangkan Kawasan Bebas Sampah (KBS)/ Zero Waste Cities (ZWC) dengan menetapkan Sukaluyu dan Babakan Sari sebagai kelurahan pilot project.
Sampai saat ini, di Sukaluyu terdapat jejaring titik-titik pengomposan sampah organik yang dikelola di skala komunitas. Sedangkan di Babakan Sari ada 1 RW yang telah melakukan dari sumber secara konsisten.

Munculnya ikon Kang Pisman di tahun 2018 yang sebetulnya akronim dari KurANGi PISahkan dan MANfaatkan mucul di mana-mana, membersamai warga Bandung agar melakukan pengelolaan sampah sejak dari sumbernya. Artinya warga masyarakat diminta mulai mengurangi sampah, memisahkan sampah antara sampah organik, anorganik, dan limbah berbahaya. Selanjutnya memanfaatkan sampah-sampah yang sudah dipilah tersebut.
Misalnya, sampah organik menjadi pupuk, kompos, pakan ternak, atau biogas. Sedangkan sampah anorganik bisa bermanfaat atau didaur-ulang menjadi produk-produk kreatif, bahan aditif untuk material konstruksi, dan lain-lain.

dalam pengelolaan sampah di Kota Bandung antara lain dengan keluarnya Peraturan Daerah Kota Bandung No. 9 Tahun 2018 yaitu menetapkan pemilahan, pengumpulan, pengelolaan, pengangkutan, dan pemrosesan akhir sampah turut.
YPBB melakukan pendampingan yang menerjemahkan Perda ini menjadi Rencana Teknis Pengelolaan Sampah (RTPS) di tingkat kawasan yang melibatkan masyarakat lokal dan petugas pengumpul sampah.

Ternyata langkah-langkah tersebut belum cukup, apalagi TPA Sarimukti tahun 2024 akan ditutup, selanjutnya akan dipindahkan ke TPA Legok Nangka.

TPA Sarimukti overload

TPA Sarimukti overload, sumber: Media Indonesia

Temuan Penelitian Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan (YPBB)

Bandung Zero Waste Cities Menuju Bandung Bebas Sampah

Para nara sumber pada press release

Sebuah press release yang digelar oleh YPBB, Bandung Juara Bebas Sampah (BJBS), dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) kota Bandung, menyampaikan beberapa temuan penelitian kepada para undangan yang hadir pada acara zoom pada hari Selasa, 29 Maret 2022 yang lalu.
Acara yang dimoderatori Hanifa Paramitha Siswanti, M Hum ini menyampaikan paparan dari:

  • Ibu Ir. Ria Ismaria, MT, mewakili BJBS
  • Ibu Ratna Ayu Wulandari, S.Hut, mewakili YPBB
  • Ibu Deti Yulianti, ST, MT, mewakili DLH

Paparan tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut:

Ketergantungan Pada Tokoh

Pilot project KBS pada dua kelurahan, yaitu Sukaluyu dan Babakan Sari, ternyata dalam perjalanannya sangat tergantung dengan tokoh penggerak di RW setempat. Temuan pada di 2 RW di Babakan Sari bahkan hanya menyetor sampah organik guna memenuhi syarat ZWC.

Sedangkan para tokoh dan pendamping atau penggerak ini tidak selamanya menjabat atau tinggal di kawasan tersebut. Akibatnya keberlanjutan dari sebuah program menjadi tersendat bila tidak dibarengi dengan partisipasi aktif masyarakat sendiri. Idealnya setiap warga turut berperan dengan ketrampilan masing-masing untuk perbaikan tata kelola sampah kawasan.

Pemilahan Dari Sumber Belum Konsisten

Keberhasilan program Kawasan Bebas Sampah dengan menerapkan konsep Kang Pisman, harusnya dimulai dari sumber sampah. Artinya tiap rumah tangga idealnya sudah mengurangi, memilah, dan memanfaatkan sampah.
Sementara itu di lapangan, petugas pengumpul sampahlah yang akhirnya memilah material organik dari sampah tercampur dari warga.

Pada sisi operasional, pemilahan sampah dari rumah tidak dapat berjalan baik karena petugas pengumpul sampah swasta atau yang tidak terikat dengan unsur kewilayahan, sulit berkoordinasi dengan pejabat pemerintahan. Studi kasus dari Kecamatan Coblong menunjukkan mayoritas pengumpul sampah swasta itu tidak dikelola pengurus RW.

Ketergantungan Pada Insentif

Tahun 2020 DLH mulai mengujicobakan pengembangan KBS yang tidak fully participatory base tapi dibangun sistem, petugas pengumpul terpilah, pendamping, dan dukungan sarana dari wilayah setempat untuk pengolahan sampah.

Dalam hal pembiayaan, sistem pengelolaan sampah terpilah belum mendapatkan anggaran khusus secara resmi dari pemerintah kota.
Seperti halnya yang saya alami di kompleks tempat tinggal, setiap umpi diminta iuran per bulan untuk intensif bagi petugas pengumpul sampah. Padahal, jika mengacu pada sistem pengelolaan sampah holistik, para petugas semestinya digaji secara resmi oleh pemerintah.

Penutup

Capaian Program Kawasan Bebas Sampah

Pengelolaan sampah di sebuah kota, perlu sebuah sistem holistik mulai dari edukasi rumah ke rumah, operasional, kelembagaan, regulasi, hingga pembiayaan.
Di kota Bandung, melalui YPBB fokus pada Pengembang Model antara lain edukasi pada seluruh rumah, pelatihan petugas pengumpul sampah, infrastuktur pengolahan sampah, masterplan kelurahan atau RTPS (Rencana Teknis Pengelolaan Sampah), regulasi skala kota/kab (perda atau perwal), dan penegakan hukum.
Sekarang ini sudah ada 180 RW yang menerapkan KBS (kawasan bebas sampah) dan tentunya target untuk seluruh RW di kota Bandung.

Salah satu rencana DLH Kota Bandung dalam pengelolaan sampah adalah dengan membuat jadwal pengangkutan sampah yang sudah terpilah dari sumbernya. Jadwal tersebut adalah sampah organik setiap hari Senin, Rabu, Kamis, Sabtu, dan Minggu. Sedangkan sampah anorganik dijadwalkan diangkut setiap hari Selasa dan Jumat.

Bila tahun 2024 tempat pembuangan akhir kota Bandung akan dipindahkan ke Legok Nangka, maka ini akan menjadi persoalan besar bagi kota Bandung. Seperti kita ketahui, kota Bandung tidak mempunyai TPA, Legok Nangka adalah TPA Regional yang kapasitasnya hanya bisa menampung sampah antara 800-1025 ton/hari.
Mengingat jumlah sampah kota Bandung kemungkinan besar bisa hingga mencapai 1700 ton/hari, maka program Kang Pisman mulai dari rumah, penjadwalan pengangkutan sampah, menerapkan pengelolaan sampah secara holistik, diharapkan bisa mewujudkan Bandung Zero Waste Cities.

Semoga bermanfaat.

27 pemikiran pada “Bandung Zero Waste Cities Menuju Bandung Bebas Sampah”

  1. Dan kit bisa mencontoh akan apa yang dilakukan Pemkot Bandung serta komunitas yang concern di dalam persampahan ini untuk kita adopsi dan praktikan di tempat kita. Karena sejatinya masalah sampah adalah tanggung jawab kita semua ya

    Balas
  2. Meski pernah tinggal di Bandung cuma dua tahun tapi aku selalu salut dengan kota ini. Selain penuh kreatifitas bahkan sekarang juga menuju kota bebas sampah. Keren bangetttt!

    Balas
  3. Semoga banyak kota lain juga yang seperti Bandung ya, agar bisa menanggulangi dan kelola sampah dengan baik

    Balas
  4. Meski sampah masih menjadi permasalahan yang belum terselesaikan sampai saat ini, setidaknya upaya yang dilakukan pemerintah daerah Bandung patut diacungi jempol. Apalagi ada jadwal pengambilan sampah, diharapkan sampah2 ini terorganisir sehingga tidak lagi menjadi limbah namun dapat diolah kembali menjadi bahan yang bermanfaat.

    Balas
  5. Wah udah ada penjadwalan sampah terpilah. Keren deh. Semoga Bandung Zero Waste Cities bisa segera terwujud yah. Kerennn Bandung, bisa jadi contoh kota lainnya.

    Balas
  6. wah keren ya bisa ndak ya program kayak gini di adopsi di kota lain. aku pribadi seneng sekali bisa ada porgram semacam ini. edukasi tentang sampah ini meski terkesan remeh tapi besar manfaatnya

    Balas
  7. Semoga makin banyak lagi ya kota-kota yang menerapkan Zero Waste Cities ini, sehingga perlahan sampah mulai berkurang dari hulunya dan banyak masyarakat yang teredukasi tentang pengelolaan sampah

    Balas
  8. Keren banget kalo Bandung bs jd proyek percontohan penanganan sampah mulai dr rumah ini. Aku jg mengharapkan penanganan sampah di Indonesia bs kayak di Jepang. Jd mulai dr rumah udh sadar pengelolaan sampahnya. Mana yg bs dibuang, mana yg bs dimanfaatkan kembali di rumah sbg kompos. Dgn begitu, lingkungan akan lebih bersih.

    Balas
  9. Masalah sampah ini, memang akan jadi masalah serius bila tidak segera ditangani ya, Mbak. Pastinya harus dilakukan programnya segera bersama-sama. Agar program itu segera membawa hasil. Apalagi kota Bandung salah satu tujuan wisata. Maka jangan sampai terjadi lagi peristiwa longsornya TPA.

    Balas
  10. Duh lihat tumpukan sampah itu bikin saya sakit kepala Mbak
    Bagaimana dengan orang di sekitarnya apalagi yang bekerja nengurusi sampah
    Huhuhu semoga makin ada kemajuan menurunkan jumlah sampah

    Balas
  11. Sampah di mana-mana meresahkan banget, ya. Apalagi di kota besar seperti Bandung. Sampai ada kejadian gugurnya gunungan sampah dan menimbun 2 kampung.

    PR banget buat kita semua agar bisa mengelola sampah sendiri. Harus mulai disiplin memilah sampah.

    Balas
  12. keren sih Bandung, semoga kota lain dapat segera ikut langkah positif ini, bila perlu pemerintah pusat segera buat aturan zero waste agar Indonesia lebih maju soal penanganan sampah

    Balas
  13. Wah ada jadwal-jadwal nya ya untuk pembuangan sampah organik dan anorganik. Semoga Bandung jadi bersih kembali karena sudah diedukasi …

    Balas
  14. Itu penyebab masalah yang mungkin muncul, kok jadi ngingetin saya sama apa yang terjadi di Lamongan. Dulu, di tempat saya tinggal ada prigram green and clean. Ada lombanya, dan efeknya sampai berpengaruh di kehidupan masyarakat berikut kesadaran akan sampah. Tapi pas pemimpinnya ganti, ya udah, kayak sia-sia aja yang kemarin-kemarin itu.

    Balas
  15. serem kalo membayangkan satu kota isinya sampah. Duh, jangan sampai. Bandung keren ini sudah melakukan upaya kota bebas sampah dengan gercep dan sudah seharusnya kita juga mulai zero waste dalam kehidupan juga

    Balas
  16. Aku sering sekali melihat banyak LSM yang bergerak aktif menjaga lingkungan. Paling tidak memberikan edukasi ini akan sangat bermanfaat dan menjadi kebiasaan baru yang baik untuk lingkungan.

    Balas
  17. semoga Bandung bisa capai target Zero Waste Cities ya biar bisa jadi contoh buat kota-kota lainnya juga dalam pengelolaan sampah. Warga juga jadi semakin sadar untuk mengelolah sampah, karena semuanya juga bisa dimulai dari rumah ya.

    Balas
  18. meski kendala dan perjalanan masih panjang, semoga langkah2 selanjutnya dipermudah karena persoalan sampah ini memang tak bisa diabaikan maupun dinomorduakan. pun semoga programnya ini terus berjalan sekalipun nanti berganti siapa yang memegang, krn untuk kesehatan bersama efeknya apalagi Bandung merupakan salah satu kota besar

    Balas

Tinggalkan komentar